Mengetahui gejala dan riwayat perjalanan yang saya miliki, dokter dengan tegas meminta agar saya langsung rujuk mandiri ke RSPI Sulianti Saroso sebagai RS rujukan pemerintah untuk pasien Corona. Dengan tegas bahkan ia mengatakan " You mau bayar gw 1 Trilyun pun saya gak akan merekomendasikan kamu untuk dirawat di sini. Sana segera ke RSPI"
Berstatus PDPÂ
Tiga kali penolakan di RS dan anjuran tegas dari dokter langganan agar saya segera memeriksakan diri ke RSPI Sulianti Saroso pun saya ikuti. Sore itu, 16 Maret, saya didampingi seorang teman berangkat mengendarai mobil sendiri dari Serpong menuju Sunter, Jakarta Utara. Dengan badan demam mengigil saya pun akhirnya tiba di RSPI.Â
Begitu tiba saya langsung menuju tempat pemeriksaan atau semacam pos pemantauan Covid19 yang banyak terdapat orang mengantri untuk dilakukan pemeriksaan.Â
Saya pun bertanya kepada petugas yang berjaga dan meminta nomor antrian untuk dilakukan tes. Namun petugas berkata, jika hari ini pemeriksaan hanya akan dilakukan hingga pukul 9 malam, saat itu saya tiba sekitar pukul 7 malam. Dan masih terdapat banyak orang yang masih menunggu antre untuk dipanggil.
Tak mau kedatangan saya sia-sia, saya terus meyakinkan petugas yang berjaga agar tetap diberikan nomor antrilean dan bisa diperiksa oleh petugas medis di RSPI jam berapapun nanti akan dipanggil.Â
Petugas pun menanyakan apa keluhan yang saya alami dan apakah pernah saya bepergian ke luar negeri selama 14 hari terakhir. Saya menjawab tanpa ragu, mendengar jawaban saya oleh salah seorang petugas keamanan saya pun kemudian dibawa ke ruang observasi untuk dilakukan pemeriksaan tanpa perlu mengambil nomor urut antrean pemeriksaan.Â
Di ruang observasi, saya kemudian diberikan bantuan pernafasan melalui selang oksigen dan langsung dilakukan tes sampel darah dan foto rontgen paru-paru.Â
Dua jam observasi, petugas pun kemudian menyatakan saya berstatus PDP dan harus dilakukan perawatan di RSPI untuk dilakukan observasi lebih lanjut.
Dari ruang observasi, saya pun kemudian dipindahkan ke ruang IGD. Ruang tersebut cukup luas, berisikan sekitar 8 bed tempat tidur yang telah berisikan pasien.Â
Saya kemudian dibaringkan di sebuah bed yang hanya dibatasi kain pembatas dengan bed lainnya. Selang infus pun mulai dipasang beserta selang oksigen yang membantu meredakan sesak nafas yang dialami.Â