Untuk mengatasi masalah pencemaran air dan banjir di Jalan Pramuka, diperlukan strategi pengendalian banjir yang yang cukup serius dan berkelanjutan, yang melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah:
- Menormalkan dan memulihkan sungai Mahakam dan Karanmumus dengan menghilangkan sampah, sedimen, dan tumbuhan liar yang menghambat aliran air. Selain itu, perlu juga menanam pohon dan tumbuh-tumbuhan di sepanjang bantaran sungai untuk mencegah erosi dan menampung air hujan.Â
- Memantau kegiatan pertambangan yang merusak lingkungan hidup dan menuntut melalui sanksi administratif maupun pidana terhadap pelaku pelanggaran. Selain itu, kawasan bekas tambang juga direhabilitasi dengan menutup lubang tambang dan melakukan penanaman kembali pohon di lokasi.
- Melakukan pengolahan limbah domestik dan industri yang sesuai dengan standar baku mutu lingkungan, dengan membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang memadai dan efektif. Selain itu, juga melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.
KESIMPULAN
Banjir di kota Samarinda merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensi, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor alamiah dan buatan manusia. Faktor alamiah yang berperan adalah curah hujan yang tinggi, terutama saat musim hujan, yang membuat volume air di sungai dan daratan meningkat. Faktor buatan manusia yang berkontribusi adalah sampah yang menumpuk di parit atau selokan, yang menghambat aliran air dan menyumbat sistem drainase, kurangnya serapan air dari tanah karena permukiman rumah warga yang terlalu padat, yang mengurangi ruang terbuka hijau, penggundulan hutan dan pertambangan. Banjir di kota Samarinda menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, baik dari segi materi, kesehatan, maupun jiwa, Banjir dapat merusak rumah, perabotan, dan barang berharga milik warga; menyebarkan penyakit seperti diare, demam tifoid, dan malaria; mengganggu aktivitas sehari-hari seperti sekolah, pasar, dan puskesmas; serta membahayakan nyawa warga yang terjebak di tengah genangan air. Anak-anak, khususnya, berisiko mengalami gangguan dalam pendidikan dan perkembangan mereka akibat bencana banjir ini.Â
Mengatasi masalah banjir di Samarinda memerlukan kerja sama masyarakat dan pemerintah dalam konservasi hutan, pembuangan sampah, dan perencanaan pembangunan berkelanjutan. Langkah yang dapat dilakukan antara lain secara kolaboratif menghilangkan bekas banjir dan lumpur yang ada. Evaluasi kembali apa yang tidak dilakukan sebelum banjir. Senantiasa menerapkan kembali kaidah perilaku hidup bersih dan cinta lingkungan pada masyarakat. Pembangunan kolam pengatur, perluasan kapasitas saluran sungai, dan penampungan air di hulu waduk dan bendungan.
BIODATA PENULIS
1. Adhe Satryo Baratha Yuda, penulis adalah mahasiswa aktif Program Studi Hukum semester 3 di Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Kaliman Timur.
2. Gusti Pradana, penulis adalah mahasiswa aktif Program Studi Hukum semester 3 di Fakultas Hukum, dan juga aktif di UKM Seni dan musik di Universitas Muhammadiyah Kaliman Timur.
3. Muhammad Fikri Haikal, Â penulis adalah mahasiswa aktif Program Studi Hukum semester 3 di Fakultas Hukum, dan juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa khususnya didepartemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa ( PSDM ), di Universitas Muhammadiyah Kaliman Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H