Revolusi industri pada sejarah modern adalah proses perubahan dari ekonomi agraris serta kerajinan, menjadi industri dan manufaktur mesin. Revolusi industri terjadi pertama kali pada abad ke-18 di Inggris, terjadi perubahan pemanfaatan tenaga dalam industri tekstil. Sebelumnya, manusia masih menggunakan tenaga otot, tenaga air, dan tenaga angin. Tetapi kemudian beralih menggunakan mesin uap, disini lah revolusi industri pertama kali terjadi. Revolusi industri berlanjut dengan ditemukannya Assembly Line, dimana penemuan ini memudahkan industri otomotif dalam pembuatan barang dalam jumlah yang banyak serta sudah memanfaatkan tenaga listrik. Pada Revolusi Industri 3.0 semua mesin yang digunakan dikomputerisasi dan menjadi otomatis, hal ini memudahkan pekerjaan manusia dan membuat manusia dapat membuat manusia dapat mengoptimalkan potensinya seperti berpikir, memimpin, dan menciptakan karya. Tidak berhenti disitu, revolusi industri berlanjut hingga Revolusi Industri 4.0 yang sudah awam kita dengar. Revolusi Industri menerapkan konsep automatisasi yang dilakukan mesin tanpa perlu tenaga manusia dalam mengaplikasikannya. Hal ini dilakukan industri-industri yang ada demi efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.
      Nah, dari adanya Revolusi Industri 4.0 pemerintahan jepang mencetuskan sebuah konsep yang disebut sebagai Society 5.0. Konsep Society 5.0 lahir sebagai pengembangan Revolusi Industri 4.0 yang dikatakan dapat mendegradasi peran manusia. Â
      Society 5.0 memiliki tujuan untuk membuat masyrakat yang berpusat pada manusia dimana pembangunan ekonomi dan tantangan sosial dapat diselesaikan, dan orang-orang dapat menikmati hidup berkualitas yang aktif dan nyaman. Kunci dalam merealisasikannya adalah menggabungkan dunia maya dengan dunia nyata untuk menghasilkan data berkualitas yang kemudian mebuat nilai-nilai dan solusi untuk memecahkan sebuah masalah. Kerangka kerja dan teknologi dikembangkan agar berkontribusi dalam menyelesaikan tantangan masalah sosial di seluruh dunia.
      Meskipun Society 5.0 merupakan strategi pertumbuhan Jepang, konsep ini tidak hanya berlaku untuk Jepang, karena tujuan dari konsep ini sama halnya dengan SDGs. Tantangan yang dihadapi oleh Jepang seperti, penduduk yang mulai menua, angka kelahiran yang rendah, populasi yang menurun, merupakan tantangan yang akan datang bagi negara-negara lainnya. Sering terdengar bahwa transformasi digital memiliki dampak yang signifikan dalam sebuah industri. Hal ini meningkat kompleksitas sosial dan beberapa aspek negatif, salah satunya keamanan dan masalah privasi yang kian jelas. Pada saat yang sama, tren untuk menciptakan nilai baru melalui teknologi digital dan berkontribusi pada masyarakat masa depan kini dapat dilihat di seluruh dunia. Evolusi transformasi digital bukan salah satu strategi yang bisa dihindari. Maka aspek ini harus diakui, masyarakat di masa depan harus mampu menyikapi dan meminimalisir aspek negatif ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H