Mohon tunggu...
Dhimas Kaliwattu
Dhimas Kaliwattu Mohon Tunggu... -

indonesia jaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“Jingga” diantara Istiqlal dan Catredal

1 Januari 2016   19:29 Diperbarui: 1 Januari 2016   19:29 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami sampai pukul 18.00, setibanya kami di sana kami disambut dengan boneka-boneka dan dekorasi khas natal. Ya.... dengan penuh keingintahuan dan rasa tak ingin berpisah terlalu cepat kami mengikuti natal tersebut dengan khidmat. Aku dan dia barulah pertama kalinya menginjakan kaki di tempat tersebut. Namun, kami mampu menyesuaikan adat dan budaya disana. Aku mendengar sara adzan dan nyanyian gereja itu beradu “sungguh sangat beruntung aku dapat merasakan dua energi kedamaian dalam satu wakut”.

Saat di penghujung acara natal, ada waktu yang diberikan untuk memanjatkan doa, alangkah lucunya kami, di saat orang-orang memejamkan matanya untuk memanjatkan doa, kami malah saling tatap, tersenyum (namun senyum kami adalah seyum kebingungan, karena tak tahu harus berdoa apa).

Setelah acara selesai aku mangajaknya ke Masjid Istiqlal, untuk menunaikan kewajiban kami sebagai muslim. Kami melewati jejeran pedagang di sana. Satu pedagang yang unitk dan menghampiri kami menawarkan produk kopiahnya “bang di beli bang, kemarin ada yang beli kopiah yang model ini di saya, 3 bulan langsung ngelamar orang bang” ujar pedagang itu. Sontak itu membuat kami tertawa .....hahahaha

Saat itu karena waktu telah masuk waktu shalat kami pun melewatkan pedagang itu. Aku berniat untuk shalat berjamaah bersamanya, namun sayang saat itu dia sedang tidak shalat, dia hanya menungguku di palataran shaf shalat. Sehingga aku pun menginggalkannya dan bergegas untuk hal terpenting dalam hidup yaitu memuji Allah SWT.

Setelah shalat usai aku menghampirinya. Waktu itu posisi kami ada di antara istiqlal dan catredal, kami memandang ada warna jingga di antaranya. Oh... begitu indahnya hari itu, aku berharap warna jingga itu adalah hadiah Tuhan untuk kami. Kami pun mulai bercerita kembali tentang aku dan dia, tentang hari-hari yang kita tidak bertemu, tentang hari itu, tentang hati, tentang semuanya di bawah langit jingga yang ada diantara Catredal dan Istiqlal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun