Bila berbicara tentang ekonomi, maka banyak sekali yang dapat dibicarakan. Baik isu-isu ekonomi internasional maupun lokal.
Dalam artikel ini, akan dijelaskan tentang salah satu isu ekonomi internasional yang terjadi baru-baru ini. Isu ini terjadi di beberapa daerah Uni Eropa (UE).Â
Isu ini mengangkat topik ekonomi politik internasional dimana para petani kompak melakukan demonstrasi untuk mengembalikan hak-haknya dan menyuarakan ketidakpuasan.
Para petani di Uni Eropa (UE) telah melakukan demonstrasi dalam satu minggu terakhir ini di berbagai daerah Uni Eropa. Perancis pada Rabu (21/2/2024) dengan cara memblokade jalan raya di bagian selatan sepanjang sekitar 70 km dan membakar hasil pertanian mereka di jalan-jalan di Paris. Dilanjutkan pada Jumat (23/2/2024) dengan mengeblok beberapa pintu penyeberangan negara dan sebagian persimpangan di perbatasan sudut timur laut Ceko menggunakan 3000 traktor. Puncaknya berada di Polandia, ratusan petani memblokade jalan raya utama menuju Jerman pada Minggu (25/2/2024).
Demonstrasi ini sesungguhnya bukan saja tentang menyuarakan ketidaksetujuan terhadap kenaikan pajak yang dialami. Melainkan memprotes seluruh konsep kebijakan baru yang disusun oleh Komisi Eropa. Menurut Andrej Gajdos dari Kamar Pertanian dan Pangan Slowakia, mereka bukannya memprotes UE, melainkan keputusan Komisi Eropa yang kurang tepat.
Mereka turun di jalanan bertujuan untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap perubahan peraturan pertanian ramah ligkungan yang terlalu ketat, seperti Green Deal dan Kebijakan Pertanian Bersama (CAP UE). Pasalnya, dalam kebijakan pertanian ramah lingkungan yang baru tersebut terdapat beberapa hal yang akan merugikan para petani.Â
Peraturan tersebut yaitu penghapusan subsidi bahan bakar dan pembatasan dalam penggunaan bahan kimia dan emisi gas rumah kaca. Â Dengan penghapusan bantuan pajak dalam membeli bahan bakar dan malah meningkatkan tarif pajak, maka mereka harus membayar bahan bakar dengan lebih mahal.Â
Selain itu, peraturan lainnya adalah pembatasan dalam penggunaan bahan kimia dan emisi gas rumah kaca guna terpenuhinya pertanian yang hijau. Bahan kimia yang dibatasi tersebut mampu meningkatkan biaya produksi di dalamnya.
Kedua hal tersebut akhirnya akan merugikan para petani karena akan membuat produk mereka jauh lebih mahal dari produk impor. Sehingga selanjutnya akan mempengaruhi pendapatan mereka juga.
Setelah demonstrasi yang kompak dilakukan oleh para petani di UE ini, pemerintah UE nampak mulai membuka telinga dan mendengar keluhan-keluhan tersebut hingga memunculkan beberapa tanggapan di beberapa daerah di UE. Pemerintah melalui Perdana Menteri Slowakia Robert Fico mencoba meredakan amarah petani dengan mempertahankan larangan impor dari Ukraina.
Di Perancis, Perdana Menteri Gabriel Attal meyakinkan bahwa akan ada upaya percepatan pertanian dan tentu saja mampu menguntungkan petani dan menyederhanakan masalah. Lebih lanjut, Ia menyatakan akan merancang undang-undang pada musim panas, mengurangi biaya yang mempekerjakan pekerja musiman, dan melindungi petani di Perancis dari impor Ukraina terutama dalam komoditas telur, gula, ayam, dan sereal.
Para Menteri Pertanian Uni Eropa juga akhirnya telah melangsungkan pertemuan guna membahas peraturan dari Komisi Eropa yang selama seminggu terakhir menjadi persoalan para petani. Pertemuan ini diadakan pada Senin (26/02/2024) di Brussels.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H