Mohon tunggu...
Kalista Setiawan
Kalista Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi / Penulis Amatir

Hasil dari gadget dan pikiran yang saling berkompromi

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Tren Bersepeda, antara Solusi Ekonomis atau Krisis Strategis

25 Juni 2020   12:00 Diperbarui: 19 November 2020   14:06 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: (shutterstock) klikdokter.com

Bersepeda adalah hiburan ekonomis nan menyehatkan yang pasti kami pilih untuk melepaskan penat di ruangan berbulan-bulan. Sensasi asik ketika hunting sarapan. Menghirup udara pagi yang menyegarkan walau terhalang masker. 

Bercengkerama dengan tetangga atau teman, menjadi suatu hiburan terbaru dan menyenangkan yang hanya bisa dirasakan tiap minggu pagi dengan bersepeda saat pandemi seperti ini. 

Menurut kami jalan-jalan keluar kota atau tempat wisata tertentu akan menjadi hiburan melelahkan yang menghabiskan biaya banyak. Jadi, jangan salahkan pesepeda yang meramaikan CFD di perkotaan.

Namun, saya juga mulai khawatir dengan isu klaster baru yang akan timbul jika kebanyakan orang juga berpikiran seperti kami. Walaupun, kami menggunakan masker dan merasa sudah mematuhi protokol kesehatan jika berada di luar rumah. 

Tetap saja, peluang itu pasti ada jika banyak orang berkerumun pada satu tempat yang sama. Mungkin, CFD bisa jadi hiburan sebulan sekali bukan seminggu sekali yang bisa dilakukan.

Selain itu, kekhawatiran lain yaitu jika popularitas sepeda dijadikan moda transportasi pribadi semakin meningkat. Seharusnya hal ini harus segera dipahami dan ditangani pemerintah. 

Karena akses jalan bagi pesepeda yang aman belum diterapkan di seluruh daerah. Tidak seperti negara lain, Jepang salah satunya yang sudah mengatur jalur khusus bagi pesepeda hingga pejalan kaki.

Jika, memang ranah pemerintah ingin menuntun masyarakat beralih ke moda tranportasi umum atau transportasi yang ramah lingkungan dengan rencana penghapusan bahan bakar oktan rendah tersebut. 

Maka, penyediaan jalur khusus bagi pesepeda dan pejalan kaki harus segera dilakukan. Agar masyarakat turut nyaman dan beralih ke moda transportasi yang ramah lingkungan nan layak digunakan. 

Apalagi, pandemi seperti ini turut mendukung pengurangan polusi di jalan raya. Daripada mengatur kendaraan ganjil genap, lebih baik mengatur dan gencar menyosialisasikan jam-jam operasional dan aturan bagi tiap moda transportasi yang diperbolehkan beroperasi di jalan raya hingga jalur khusus bagi pejalan kaki.

Selain itu, juga perlu ada kesadaran para pesepeda dan pengguna jalan lainnya untuk mematuhi beberapa aturan seperti yang diungkapkan Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo Dirlantas Polda Metro Jaya (PMJ) dilansir kumparan.com dengan artikel "Wajib Paham Ini Ruas Jalan yang Beresiko untuk Pesepeda". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun