Mohon tunggu...
Kalista Setiawan
Kalista Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi / Penulis Amatir

Hasil dari gadget dan pikiran yang saling berkompromi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Keiko Bahabia, Saksi Awal Komunitas Pecinta Kopi Lampung (KPKL)

14 Juni 2020   07:44 Diperbarui: 14 Juni 2020   08:03 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki kedai, aroma kopi yang baru dipanggang menyambut dengan manis. Kedua pasang mata juga dimanjakan dengan berbagai macam font-font unik berbahasa Inggris, Indonesia, dan Lampung yang penuh menghiasi dinding kedai. 

Empat buah lampu remang-remang dan nuasa ruangan yang didominasi warna kayu muda dan hitam membuat nuansa menjadi klasik. Di bagian depan meja kasir yang didesain menyatu dengan etalase dan tempat penyajian kopi, berjajar rapi toples-toples kopi, alat-alat kopi untuk roasting, penyeduhan dan berbagai macam alat lainnya.

Jika lebih dalam lagi, maka akan bertemu dengan dapur. Tempat inilah yang biasanya diakui Mas Adi (pemilik Keiko Bahabia) sebagai tempat "tongkrongan". Selain menyajikan kopi, kedai ini memang menyajikan makanan yang pas dinikmati dengan kopi, mulai dari pancake, mie instant dan semacamnya.

Kedai yang beralamat di Jl. Jendral Ryacudu No.48, Way Dadi, Sukarame ini adalah saksi awal sejarah KPKL (Komunitas Penikmat Kopi di Lampung). Berawal dari seseorang bernama Sandhi Prawira yang sudah terlebih dahulu menyelami kopi dan suka bertukar cerita dengan teman-teman dari berbagai kedai-kedai kopi di Bandarlampung, dia pun berinistiatif untuk membentuk suatu komunitas yang memiliki hal kecintaan yang sama yaitu kopi.

Komunitas inilah yang menggabungkan berbagai macam orang dengan profesi mereka yang berbeda-beda mulai dari pengusaha, barista, penikmat kopi, karyawan, hingga perawat. Namun dengan hobi dan tekad yang sama yaitu menyelami dunia kopi lebih dalam, maka terbentuklah KPKL ini. 

"Jadi, awalnya sih berangkat dari temen-temen kopi yang ingin ngulik lebih jauh, tapi gak ada media, dan bingung juga mau kayak mana. Kebetulan barista kopi, Bang Sandhi yang ide di awal buat bikin komunitas ini," ungkap Adi menitik balik awal kejadian terbentuknya KPKL. Akhirnya tercetuslah KPKL pada tanggal 17 Januari 2016.

Untuk mewujudkannya, bang Sandhi begitu sapaan akrabnya, rela untuk mengunjungi setiap kedai-kedai di Lampung dan mengajak para barista, pengusaha, maupun para penggiat kopi untuk membangun komunitas ini. Adi mengaku, Bang Sandhi benar-benar bisa membangun rasa kekeluargaan antar anggota KPKL yang kini sudah mencapai kurang lebih 20-30 orang yang aktif.

Tidak ada penolakan ketika mereka diajak bang Sandhi dalam membangun komunitas ini. Keakraban antar anggota semakin terjalin dengan baik. Dengan terus kumpul bareng atau sharing diskusi bersama, sudah menjadi penghilang stres tersendiri. Mengingat KPKL ini, wadah yang juga membantu para pengusaha yang mulai merintis di dunia kopi maupun para penggiat kopi yang ingin terjun kedalamnya. 

"Komunitas ini dibentuk bukan seperti komunitas lain, disini tempatnya kita belajar untuk mendalami kopi secara serius," tegas Adi.

Di KPKL sendiri tidak ada kasta dari struktur keanggotaan yang mutlak, semua dipandang sama. Ini dibuat, agar tidak mengotak-kotakkan anggota yang terkumpul dan tidak ada perbedaan yang signifikan, semua dianggap orang-orang yang masih belajar. "Kita sih gak struktural, dibangun kekeluargaan aja, paling kalau ada acara-acara tertentu ditunjuk penanggung jawabnya. Dan itu selalu diputer biar semua belajar," jelas Adi.

Kegiatan-kegiatan KPKL

Jika KPKL berkumpul, mereka biasanya mengadakan diskusi bersama yang tempatnya selalu bergantian. Biasanya mereka membahas trending topik mengenai kopi. Salah satunya teknik membuat rasa baru nan unik yang bisa ditemukan dalam seruput kopi. Hari Minggu, jadi jadwal pas bagi mereka, mengingat kedai-kedai tutup dan waktu libur bagi para karyawan.

Kegiatan rutin lainnya mereka sebut "Seduh Seru". Kegiatan yang sering di-upload via Instagram ini, diperuntukkan untuk orang yang ingin belajar teknik penyeduhan kopi atau ingin tau kopi lebih dalam. Pesertanya bisa siapa saja, baik mahasiswa, pelajar, karyawan dan lain-lain yang tertarik dengan kopi. Biasanya langsung diadakan di kedai-kedai yang bergantian.

Adi berharap, "Seduh Seru" dapat menjadi pemantik bagi masyarakat Lampung untuk mendalami kopi. Semakin banyaknya penikmat kopi, maka akan menguntungkan para pengusaha kedai kopi lokal yang juga akan meningkatkan pangsa pasar di daerah Lampung walaupun arah KPKL tidak menuju kesana. "Kita sih gak berniat untuk memajukan kedai-kedai kopi lokal, hanya ingin belajar bareng aja sih," jelas Adi.

Kebanyakan acara yang dilakukan KPKL, atas undangan dari pihak lain sebagai bintang tamu dalam suatu acara tertentu. Pihak-pihak tersebut meminta KPKL untuk sharing bersama terkait dunia kopi. Terkadang, KPKL mengaku harus memilah-milih kesanggupan dari pihak yang mengundang terkait biaya. "Yah, biaya itu kita pakai untuk peminjaman alat-alat. Yah ibaratnya itu sebagai jaminan kalau misal rusak," ucap Adi.

KPKL juga sempat diminta mengunjungi Lampung Barat tepatnya Skala Bekhak untuk bisa mengedukasi para pemuda disana terkait kopi. Mereka mengenalkan dan mengajarkan bagaimana teknik-teknik mulai dari penanaman yang baik hingga proses penyajian kopi itu sendiri kepada karang taruna di desa itu.

Tidak Rugi Bergabung dengan KPKL
Tidak hanya kumpul-kumpul biasa yang tidak menghasilkan apa-apa. Ilmu yang pasti didapat saat sharing bersama, serta kehausan diri terhadap ilmu dunia kopi juga memotivasi anggotanya untuk ikut serta dalam ajang perlombaan atau sekadar mendapatkan sertifikat barista. Salah satu anggota yang berasal dari kedai kopi Pacar Hitam pun pernah memberanikan diri mengikuti lomba bergengsi di Jakarta. Kalah maupun menang juga dirasakan mereka.

Anggota KPKL, sendiri memiliki barista-barista yang handal dan ada juga yang sudah bersertifikat, para copper (taster kopi), dan juga pengusaha-pengusaha kedai yang lumayan sukses. Dengan kopi, segalanya menjadi lebih menjanjikan.

Gak akan pernah bosan, jika membahas dunia kopi. Jenuh pasti sering dialami anggota. Tapi jika sedang berkumpul, rasa jenuh pasti hilang. "Jenuh sih sering. Yah, paling jenuh itu kalau gua pas lagi nyeduh kopi tapi gak dapet apa yang gua pengen. Yah paling langsung gua nanya ke temen-temen lain," ujar Adi. Saling menyemangati untuk belajar lebih mendalam pasti dilakukan antar anggota.

Rasa Kopi
Berbicara mengenai kopi, banyak sekali yang patut diperbincangkan. Contohnya, untuk menyeduh kopi sendiri, perlu diperhatikan ukuran penggilingan kopi, suhu juga menenetukan rasa kopinya dan rasio antara kopi dengan air. Dari rasio yang telah ditentukan, menentukan jenis kopi yang akan diminum. Light biasanya warna kopi hampir sama dengan warna teh, dan untuk bold memiliki rasio yang dibuat 1 : 10 dari air dan kopi.

Teknik dasar bagi seorang barista, menghilangkan rasa pahit dari kopi setelah diminum diakui Adi sangat sulit. "Bagi para barista, hal tersulit adalah menggeser rasa kepahitan pada kopi, dan menimbulkan sensasi rasa yang baru," jelasnya. Rasa yang ditimbulkan pun bermacam-macam mulai dari pahim asam manis dan asinnya kopi, rasa buah-buahan, sayur-sayuran hingga rasa alkohol pun bisa ditimbulkan. 

Maka dari itu, Amerika membuat standar rasa kopi internasional kedalam sebuah diagram rasa. Kopi Lampung sendiri merupakan jenis kopi Robusta yang cukup kuat. Kopi Lampung sendiri tidak memiliki banyak tingkat rasa yang ditimbulkan. "Emang agak susah sih, merasakan kopi bagi para pemula. Yang orang awam tau, paling pahit doang. Padahal kopi itu memiliki banyak tingkat rasa," jelas Adi. 

Cara membedakan rasa antar kopi yang satu dengan yang lain, perlu intens meminumnya. Campuran gula, yang sering ditambahkan pada kopi bagi orang awam itulah yang bisa merusak taste dari kopi itu sendiri. Baiknya, biarkan kopi itu benar-benar alami tanpa dicampur gula ataupun creamer.

"Ngulik kopi ini, gak bisa sendirian. Maka dari itu ada KPKL," tungkas Adi. Sharing tentang pengalaman baik merasakan kopi, penyeduhan kopi, dan hal lainnya, membuat seseorang dengan passion ke dunia kopi ingin lebih meluncur ke dalam dunianya lagi. Lagi dan lagi, karena ilmu tidak akan pernah habis untuk diserap.

Kendala KPKL
"Kami sering ditanya, sudah sejauh apa berkontribusi untuk kopi Lampung? Inilah PR terbesar kita untuk menemukan rasa baru pada kopi Lampung," ungkap Adi saat ditanya kendala yang dihadapi. Beberapa kedai-kedai Lampung, memang masih jarang untuk mengolah kopi Lampung yang berjenis Robusta kuat. "Dengan jenis itu, kami tidak bisa mengeksplor rasa-rasa uniknya," jelasnya. Namun Adi mengaku, Kopi Lampung juga sudah terkenal sampai keluar negeri.

Menurut Adi, jenis kopi Arabica adalah jenis kopi yang paling banyak rasa. Indonesia sendiri, memang paling banyak ditemukan kopi berjenis Robusta. Pengaruh iklim inilah yang membedakan jenis-jenis kopi di berbagai Negara.  Di kedainya sendiri, dia hanya memiliki 2 jenis kopi Lampung robusta yang berasal dari Ulubelu dan Tanggamus yang berkarakter coklat bitter.

Kualitas kopi juga sangat dipengaruhi dari proses penanaman, mulai dari pembibitan, pemeliharaan tanaman kopi hingga penjemuran kopi. Rencana KPKL sendiri, sebenarnya ingin sekali mengajarkan teknik-teknik berkebun kopi yang baik ke desa-desa penghasil kopi di Lampung. Sehingga, kopi Lampung bisa memiliki kualitas rasa yang baik.

Selama ini, Adi dan kawan-kawan sering menemukan petani kopi yang salah dalam teknik berkebun khususnya di Lampung. Salah satunya, pada teknik penjemuran. Biasanya, para petani menjemur kopi langsung di permukaan tanah yang hanya beralaskan terpal. Padahal ini akan merusak taste dari kopi itu sendiri. Kopi yang bersifat mudah menyerap udara di sekitarnya, akan menjadikan kopi berbau dan berasa tanah. 

Seharusnya, penjemuran dilakukan di atas para-para (meja yang biasanya untuk penjemuran ikan asin) yang ukurannya kurang lebih 1 meter dari permukaan tanah. Selain itu, para petani juga sering melakukan kesalahan dalam pemetikan. Kopi yang masih berwarna hijau sudah dipetik, padahal kopi yang tepat adalah yang berwarna merah.

Cerita Unik
Pelajaran teknik seduh kopi, adalah hal yang diakui sulit oleh Adi. Ada cerita unik tersendiri dengan pengalaman belajarnya. Adi sendiri mulai mendalami kopi, ketika dia ingin memulai membuka usaha kedai kopi di Lampung. Tahun 2011, dia pun memulainya dengan membuka warung kopi di trototar jalan.

Bersama temannya, dia mulai mengulik bagaimana teknik penyajian kopi melalui internet. Lalu, dia mulai membeli peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Modal awal ketika itu menghabiskan Rp2,5 juta. Sering berlatih dan bertanya dengan teman-teman yang dikenal, mengantarkan niat Adi untuk lebih mendalami kopi. Karena melihat pangsa pasar yang menjanjikan di Lampung. Lalu, bang Sandhi pun mulai mengajak Adi untuk bergabung dan membangun KPKL. Akhirnya, dengan bergabung, ilmu yang didapatkan semakin bertambah.

Selain itu, ketika mempelajari teknik seduh, Adi pernah mengalami kegagalan. Salah satu contohnya hasil kopi yang diseduhnya mengalami keenceran maupun kekentalan. Warna kopi yang tidak sesuai dengan keinginan. Jenis kopi yang selalu salah dibuat, biasanya terjadi pada jenis kopi light. Karena itu, ia pun mulai merasa suntuk dengan kopi. 

"Kopi lagi, kopi lagi, suntuk banget kok gak bisa-bisa. Rasanya pengen coba belajar hal yang lain," ungkapnya. Ketika mengalami keputus-asaan, dia pun sering termotivasi karena teman-temannya yang masih terus belajar teknik penyeduhan kopi.

Kisah unik yang lain sebagai pengusaha kedai kopi yaitu ketika pelanggan yang masih awam komplain dengan rasa kopi yang terlalu pahit. "Padahal kita sih udah kasih gula 2 sendok. Tapi tetep aja, si pelanggan gak terima. Dan akhirnya kita pun menjelaskan kalau kopi yang dicampur dengan gula yang banyak, taste dari kopi itu sendiri akan memudar. Dan akhirnya pelanggan pun mengerti," ungkap Adi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun