Mohon tunggu...
Kalista Setiawan
Kalista Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi / Penulis Amatir

Hasil dari gadget dan pikiran yang saling berkompromi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Keiko Bahabia, Saksi Awal Komunitas Pecinta Kopi Lampung (KPKL)

14 Juni 2020   07:44 Diperbarui: 14 Juni 2020   08:03 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasan Kedai Kopi Keiko Bahabia | goukm.id

Kendala KPKL
"Kami sering ditanya, sudah sejauh apa berkontribusi untuk kopi Lampung? Inilah PR terbesar kita untuk menemukan rasa baru pada kopi Lampung," ungkap Adi saat ditanya kendala yang dihadapi. Beberapa kedai-kedai Lampung, memang masih jarang untuk mengolah kopi Lampung yang berjenis Robusta kuat. "Dengan jenis itu, kami tidak bisa mengeksplor rasa-rasa uniknya," jelasnya. Namun Adi mengaku, Kopi Lampung juga sudah terkenal sampai keluar negeri.

Menurut Adi, jenis kopi Arabica adalah jenis kopi yang paling banyak rasa. Indonesia sendiri, memang paling banyak ditemukan kopi berjenis Robusta. Pengaruh iklim inilah yang membedakan jenis-jenis kopi di berbagai Negara.  Di kedainya sendiri, dia hanya memiliki 2 jenis kopi Lampung robusta yang berasal dari Ulubelu dan Tanggamus yang berkarakter coklat bitter.

Kualitas kopi juga sangat dipengaruhi dari proses penanaman, mulai dari pembibitan, pemeliharaan tanaman kopi hingga penjemuran kopi. Rencana KPKL sendiri, sebenarnya ingin sekali mengajarkan teknik-teknik berkebun kopi yang baik ke desa-desa penghasil kopi di Lampung. Sehingga, kopi Lampung bisa memiliki kualitas rasa yang baik.

Selama ini, Adi dan kawan-kawan sering menemukan petani kopi yang salah dalam teknik berkebun khususnya di Lampung. Salah satunya, pada teknik penjemuran. Biasanya, para petani menjemur kopi langsung di permukaan tanah yang hanya beralaskan terpal. Padahal ini akan merusak taste dari kopi itu sendiri. Kopi yang bersifat mudah menyerap udara di sekitarnya, akan menjadikan kopi berbau dan berasa tanah. 

Seharusnya, penjemuran dilakukan di atas para-para (meja yang biasanya untuk penjemuran ikan asin) yang ukurannya kurang lebih 1 meter dari permukaan tanah. Selain itu, para petani juga sering melakukan kesalahan dalam pemetikan. Kopi yang masih berwarna hijau sudah dipetik, padahal kopi yang tepat adalah yang berwarna merah.

Cerita Unik
Pelajaran teknik seduh kopi, adalah hal yang diakui sulit oleh Adi. Ada cerita unik tersendiri dengan pengalaman belajarnya. Adi sendiri mulai mendalami kopi, ketika dia ingin memulai membuka usaha kedai kopi di Lampung. Tahun 2011, dia pun memulainya dengan membuka warung kopi di trototar jalan.

Bersama temannya, dia mulai mengulik bagaimana teknik penyajian kopi melalui internet. Lalu, dia mulai membeli peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Modal awal ketika itu menghabiskan Rp2,5 juta. Sering berlatih dan bertanya dengan teman-teman yang dikenal, mengantarkan niat Adi untuk lebih mendalami kopi. Karena melihat pangsa pasar yang menjanjikan di Lampung. Lalu, bang Sandhi pun mulai mengajak Adi untuk bergabung dan membangun KPKL. Akhirnya, dengan bergabung, ilmu yang didapatkan semakin bertambah.

Selain itu, ketika mempelajari teknik seduh, Adi pernah mengalami kegagalan. Salah satu contohnya hasil kopi yang diseduhnya mengalami keenceran maupun kekentalan. Warna kopi yang tidak sesuai dengan keinginan. Jenis kopi yang selalu salah dibuat, biasanya terjadi pada jenis kopi light. Karena itu, ia pun mulai merasa suntuk dengan kopi. 

"Kopi lagi, kopi lagi, suntuk banget kok gak bisa-bisa. Rasanya pengen coba belajar hal yang lain," ungkapnya. Ketika mengalami keputus-asaan, dia pun sering termotivasi karena teman-temannya yang masih terus belajar teknik penyeduhan kopi.

Kisah unik yang lain sebagai pengusaha kedai kopi yaitu ketika pelanggan yang masih awam komplain dengan rasa kopi yang terlalu pahit. "Padahal kita sih udah kasih gula 2 sendok. Tapi tetep aja, si pelanggan gak terima. Dan akhirnya kita pun menjelaskan kalau kopi yang dicampur dengan gula yang banyak, taste dari kopi itu sendiri akan memudar. Dan akhirnya pelanggan pun mengerti," ungkap Adi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun