Mohon tunggu...
Kalisa Fitri Meilani
Kalisa Fitri Meilani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi jurusan Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Geopolitik dan Implikasinya Dalam Konflik Energi di Asia Timur

7 Desember 2024   20:21 Diperbarui: 7 Desember 2024   20:32 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Konflik energi di Asia Timur menghambat investasi dalam eksplorasi dan pengelolaan sumber daya. Di Laut China Selatan, ketegangan antara negara-negara yang bersengketa membuat perusahaan multinasional enggan berinvestasi, karena risiko politik dan keamanan yang tinggi. Vietnam dan Filipina, misalnya, menghadapi tantangan besar dalam menarik investasi asing untuk mengembangkan ladang gas mereka karena klaim tumpang tindih dengan Tiongkok. Akibatnya, potensi sumber daya energi di kawasan ini tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga memengaruhi ketahanan energi regional.

3. Mengganggu Jalur Perdagangan Energi

Laut China Selatan adalah salah satu jalur perdagangan energi tersibuk di dunia, dengan sekitar sepertiga perdagangan minyak dunia melewatinya. Ketegangan di kawasan ini dapat meningkatkan risiko gangguan terhadap jalur perdagangan, baik karena konflik bersenjata, patroli militer, atau tindakan blokade. Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan, yang sangat bergantung pada impor minyak dan gas dari Timur Tengah melalui jalur ini, menjadi sangat rentan terhadap fluktuasi pasokan. Situasi ini juga berdampak pada biaya logistik dan harga energi global.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa negara-negara di Asia Timur memiliki masalah yang serius dan cukup sulit dihadapi yaitu krisis energi. Dinamika pasar global yang semakin kompleks mendorong negara-negara di Asia Timur, seperti Tiongkok dan Jepang yang sangat bergantung pada sektor industri, menghadapi tantangan besar ketika pasokan energi domestik tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan. Kondisi ini memicu persaingan ketat antar negara industri, terutama Tiongkok dan Jepang, yang berlomba-lomba mengamankan pasokan energi dari berbagai negara pengekspor. Krisis energi yang dihadapi negara-negara Asia Timur pada akhirnya dapat memicu ketidakstabilan kawasan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya ketegangan hubungan antar negara yang disebabkan akibat persaingan pasokan energi di tingkat internasional, serta sengketa wilayah yang diyakini memiliki cadangan sumber daya energi yang besar.

REFERENSI

Safril, A. (2011). Ancaman Krisis Energi di balik Kebangkitan China. Jurnal Global Strategis, 169-184.

Suhito, Y. P. (2015). Relevansi Kebangkitan Negara-Negara Asia Timur dan Krisis Energi Kontemporer Kawasan. Krisis Energi di Asia Timur.

Moorthy, U. W. (2012). Keamanan Energi dan Hubungan Kerja Sama Cina-Jepang. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 136-168.

Shuo Li, Y.-C. C. (2021). Legal issues regarding energy market integration in Northeast Asia . Energy Strategy Review.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun