1. OrientasiÂ
2. KomplikasiÂ
3. KlimaksÂ
4. ResolusiÂ
5. CodaÂ
pada teks di atas belum lengkap, karena dalam teks tersebut tidak terdapat coda.Â
Analisis unsur kebahasaan dalam teks cerita sejarahÂ
- Kalimat Bermakna Lampau: Teks ini banyak menggunakan kalimat lampau, misalnya "Raden Wijaya melarikan diri" dan "Kerajaan Singasari runtuh."
- Kata yang Menyatakan Urutan Waktu: Penggunaan frasa seperti "setelah," "kemudian," dan "akhirnya" membantu menjelaskan urutan peristiwa.
- Kalimat Tak Langsung: Teks ini tidak banyak menggunakan kalimat tak langsung, lebih berfokus pada narasi langsung peristiwa.
- Kata Kerja (Verba) Mental: Terdapat beberapa kata kerja mental, seperti "memikat hati" dan "berharap."
- Kata Kerja (Verba) Material: Teks ini juga mengandung banyak kata kerja material, contohnya "mendirikan," "menyerang," dan "membunuh."
- Kalimat Langsung: Teks ini cenderung menghindari penggunaan kalimat langsung, lebih banyak menggunakan narasi.
- Kata Sifat: Penggambaran tokoh dan tempat dilakukan melalui kata sifat, seperti "besar" (Kerajaan Majapahit) dan "pahit" (pohon maja).
Secara keseluruhan, teks ini sudah mencakup banyak unsur kebahasaan yang sesuai dengan kaidah yang ada, meskipun ada beberapa aspek yang bisa diperkuat, seperti penggunaan kalimat tak langsung dan kalimat langsung.
Modifikasi Teks Cerita SejarahÂ
Cikal bakal Nusantara lahir dari Kerajaan Majapahit yang berkembang hebat di abad ke-14. "Kerajaan Majapahit merupakan lanjutan dari Kerajaan Singasari yang didirikan Ken Arok," ungkap seorang sejarawan.Â
Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Bupati Gelanggelang (Madiun) Jayakatwang pada 1292. Setelah Singasari runtuh, Raden Wijaya melarikan diri bersama tiga sahabatnya, Sora, Nambi, dan Ranggalawe. "Kami harus bertahan dan mencari cara untuk merebut kembali kekuasaan," kata Raden Wijaya kepada sahabat-sahabatnya.Â
Raden Wijaya adalah putra pangeran dari Prabu Guru Darmasiksa, Raja Sunda Galuh, sedangkan ibunya adalah putri Mahisa Campaka dari Kerajaan Singasari.Â
Di desa Kudadu, Raden Wijaya disambut dan dibantu bersembunyi dari kejaran musuh. "Kami akan melawan, tidak ada yang bisa menghentikan kami," ujarnya penuh semangat. Atas bantuan kepala desa, Raden Wijaya diterima berlindung kepada Arya Wiraja di Sumenep.Â