Mohon tunggu...
Dialognol Ichwan Kalimasada
Dialognol Ichwan Kalimasada Mohon Tunggu... -

Ichwan Kalimasada. Semua yg nampak itu cermin & pertanda berulang-ulang dlm perubahan tp abadi karena realitas sejati hanya SATU. The One only love, the love only one. Salam Dialognol http://ichwankalimasada.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hukum Kelimpahan/Kemakmuran = Memberi

16 Agustus 2011   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

4.pelajar yang sukses karena banyak memberikan ilmu pada dirinya.

5.Pekerja yang sukses, karena banyak memberikan perhatian pada pekerjaannya.

Semua contoh kegiatan ‘memberi’ diataslah, yang menumbuhkan benih ikhlas di dalam diri, dan jika dilakukan tanpa keikhlasan, maka hasilnya akan berbeda. Begitupun pula dengan kegiatan ‘memberi’ kepada sesama manusia. Misalnya kalau anda mau bahagia dengan istri atau kekasih anda, maka itu hanya bisa terjadi kalau anda bisa membahagiakannya lebih dulu.

Jadi kesimpulannya, kekinian kita ini, adalah hasil dari segala kegiatan ‘memberi’ kita selama ini. Jadi tidak perlu iri dengan kesuksesan orang lain. Tidak mungkin kita menanam jagung, panennya adalah cengkeh. Tidak mungkin kita hanya belajar satu bisa mengetahui 10 pengetahuan.

Jika dua orang pekerja mempunyai penghasilan yang sama, yang satu pekerja keras dan yang satunya lagi pekerja seadanya. Hasilnya gajinya sama, tapi rezekinya tentu berbeda. Jika tidak berbeda di mana keadilan Tuhan. Karena yang bekerja keras itulah yang banyak menerapkan keikhlasan dalam dirinya.

Bukankah perintah agama, semuanya merupakan ajaran memberi. Ritual agama adalah tindakan memberi perhatian kepada Tuhan. Dalam islam misalnya, perintah memberi merupakan inti ajarannya. Misalnya zakat, beramal saleh, bersilaturrahmi, berkasih sayang, dstnya. Ajaran kristen adalah menjadi pelayan Tuhan, menyebarkan kasih sayang, dstnya.

Jadi tunggu apa lagi, mari kita ”memberi”, tergantung apa yang berlimpah dan apa yang bisa kita berikan kepada dunia kita. Dan kenapa ? anda masih selalu menggurutu karena menunggu mengharap sesuatu, padahal anda sebenarnya tidak pernah memberinya.

”memberilah karena niat memberi itu sendiri, karena ingin menyenangkan sesama, bukankah anda senang kalau menerima pemberian ? Dan suatu pemberian tidak perlu berpamrih-jalani saja dengan keikhlasan-karena udah dari sononya atau sudah hukum pasti bahwa hasil memberi adalah menerima, tapi ingat semua itu ada waktu panennya. Jadi sabarlah-memberilah terus. Karena memberimu dengan niat pamrihlah yang membuatmu gagal panen.wallahualam

salam dialognol

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun