Mohon tunggu...
Dialognol Ichwan Kalimasada
Dialognol Ichwan Kalimasada Mohon Tunggu... -

Ichwan Kalimasada. Semua yg nampak itu cermin & pertanda berulang-ulang dlm perubahan tp abadi karena realitas sejati hanya SATU. The One only love, the love only one. Salam Dialognol http://ichwankalimasada.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hukum Rezeki: Menggapai Keberuntungan

16 Agustus 2011   04:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa yang kita maksud dengan rezeki …..?

Jika hal ini ditanyakan, maka jawabanya cukup bervariasi pada setiap orang karena sangat tergantung dengan kondisi kekinian seseorang. Bentuknya dapat berupa material seperti harta benda dan jodoh, dan inmaterial seperti , rasa bahagia, percaya diri, kesehatan, penghargaan, dst.

Tapi apapun bentuk rezeki yang kita harapkan itu, maka untuk sampai kepada hal tersebut, hal yang utama atau rezeki utama yang kita harapkan untuk hidup adalah “air”. Tanpa air, tumbuhan, binatang, dan manusia tidak dapat hidup dan kita tidak bisa berharap pada rezeki yang lain. Planet tanpa air jangan berharap disitu ada kehidupan apalagi rezeki.

Nah, kalau begitu mari kita belajar dari air, karena dari perilaku air kita bisa lahirkan hukum rezeki.

Sumber utama air adalah dari samudera lautan, kemudian didukung oleh proses pergantian siang dan malam (perputaran planet, bumi, dan matahari), sehingga terjadi metamorfosis alam. Melahiran efek pendinginan dan pemanasan alam, sehingga terjadi embun dan hujan yang membasahi bumi. Menyuburkan tumbuhan yang mengeluarkan O2 (oksigen) yang dibutuhkan oleh manusia, dan manusia mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Kira-kira begitulah proses sederhananya.

Secara normal air mengalir dari tempat/dataran ketinggian ke tempat yang lebih rendah, air yang mengalir walau disumbat atau ditampung akan selau mencari jalan yang lebih luas untuk mengalir ke tempat yang lebih rendah lagi. Ketika menjadi udara atau O2 dan CO2, atau menjadi awan, akan mengalir dari ruang yang sempit ke ruang yang luas. Dari hawa yang panas ke hawa yang lebih dingin. Jadi jangan heran wilayah yang mempunyai hutan lebat akan lebih sering hujan dibanding wilayah yang gersang.

Dus, dikaitkan rezeki dengan manusia yang memiliki hati dan pikiran, artinya rezeki itu mengalir kepada manusia yang rendah hati dan berpikiran luas. Manusia rendah hati dapat bekerja sama dengan semua orang dan dibutuhkan oleh banyak orang, apalagi kalau mempunyai pikiran yang luas, tentu dengan kepemilikan itu dapat melahirkan ide dan gagasan untuk mencipta kreativitas. Dengan rendah hati manusia terlepas dari sifat-sifat buruk seperti iri, dengki, dendam, dst. Manusia rendah hatilah yang dapat bekerja dengan penuh ikhlas, tidak merasa dimanfaatkan oleh orang lain, penuh dengan kepedulian, dan dengan dukungan pikiran yang luas, dia tidak pernah merasa kehilangan untuk melahirkan gagasan dan inovasi dalam bekerja untuk kemaslahatan masyarakat umum.

Rezeki itu seperti CO2 dapat dihirup di mana saja di muka bumi ini, artinya rezeki itu tidak terbatas dan terdapat dimana-mana. Jadi selama anda mau bekerja jangan pernah kehilangan harapan untuk mendapat rezeki.

Nah, rezeki itu seperti air, jangan sampai anda menampung air comberang (Rezeki haram) karena akan berbau busuk. (ketahuan juga hasil korupsi). Walaupun halal rezeki yang ditampung akan selalu mencari jalan keluar, kalau tidak disalurkan dengan benar, misalnya membayar pajak atau zakat, menyantuni orang miskin. Contoh perusahaan buat CSR. Maka rezeki itu mencari jalan keluar sendiri lewat musibah bagi manusia. Seperti kecelakaan, kena penyakit kronis, stress, kecurian, kebakaran, anaknya terlibat narkoba, dst. Tentu dengan takaran-takaran yang terukur. ”Semua tercipta dengan ukuran-ukuran yang pasti, tidak melebihi dan tidak mengurangi.” (Qur’an).

Kalau semua itu sudah berjalan pada hukumnya, maka bersabarlah, semua itu ada waktu panennya. Intropeksi atau menitilah ke dalam diri, mungkin masih ada yang kurang karena memperbaiki diri sendiri itu lebih mudah, daripada selalu bersoal tentang kekurangan orang lain. Malah lebih berat berpikir untuk merubah orang lain, karena orang lain berubah pada kata-kata dan teladan tindakan di mana dia bersimpati.

Rendah hati merupakan kunci utama seorang bisa menjalani pribadi takwa, dan benarlah janji Tuhan, ”Barangsiapa yang bertakwa akan mendapatkan rezeki dari segala penjuru tanpa dia sangka-sangka,” (Qur’an).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun