Bagi jamaah haji kini, malam hari di Muzdalifah itu, disunahkan mengambil batu kerikil untuk melempar jumrah keesokan harinya, sebagai simbol menghalau setan.
Siang hari Ibrahim sampai di Mina. Kemudian Ibrahim dan keluarganya menuju ke sebuah bukit yang kemudian dikenal sebagai Jabal Qurban, dimana Ibrahim akan melaksanakan perintah Allah mengurbankan Ismail. Iapun minta ijin kepada Hajar untuk naik bukit, sedangkan Hajar diminta untuk menunggu di bawah.
Dalam perjalanan ke atas bukit di Mina itulah Ibrahim dan Ismail dihadang oleh setan, lagi-lagi merayu agar membatalkan niat kurban itu. Tetapi, Ibrahim sekali lagi melemparinya dengan bebatuan sampai setan itu pergi. Dan begitulah lagi sampai kali yang ketiga. Kelak, pelemparan batu terhadap setan itu dikenang sebagai LONTAR JUMRAH ,yakni Jumrah Aqabah, Jumar Wustho dan Jumlah Ula.
Sesampai di atas bukit, barulah Ibrahim menceritakan kepada Ismail tentang mimpinya yang datang berturut-turut dalam tidurnya selama tiga hari. Betapa beratnya pergulatan batin yang terjadi dalam menyikapi perintah yang sangat berat itu.
Terjadi dialog yang sangat menyentuh hati, antara seorang Ibrahim yang saleh dengan anaknya, Ismail yang santun dan penyabar. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk membenarkan mimpi tersebut sebagai ujian yang datang dari Allah. Kisah itu dibadikan Allah dalam firman-firman-Nya pada QS. Ash Shafaat (37) ayat 100 sampai dengan 110.Â
QS.37:100. "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. ; 37:101. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. ; 37:102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". ; 37:103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). ; 37:104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, ; 37:105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. ; 37:106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. ; 37:107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. ; 37:108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, ; 37:109. (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". ; 37:110. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Karena nabi Ibrahim (dan juga Ismail) telah menunjukkan ketaatan akan perintah Allah SWT dan berserah diri kepada-Nya, maka Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengganti anaknya dengan seekor domba sebagai simbol ketaatan pengorbanannya.
Bagi kita yang sedang tidak melaksanakan ibadah haji, maka sangat dianjurkan untuk berkurban seekor hewan berupa domba, sapi atau onta. Ibadah kurban itu sebagai symbol ketaatan kepada Allah, meneladani ketaatan nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putra kesayangannya meski akhirnya diganti dengan seekor domba.
Berkorban dengan seekor domba atau sapi bukanlah sesuatu yang berat dibandingkan dengan sesuatu yang lain yang kita cintai, berupa harta, kekayaan, dan sebagainya. Apalah artinya bila dibandingkan dengan harus mengorbankan anak yang sangat dicintainya.
Keluarga Ibrahim adalah keluarga teladan yang kisahnya diabadikan Allah sampai akhir zaman. Khususnya, berupa ritual haji yang bermula dari Arafah dan kemudian berakhir di bukit Marwah, di Mekah. Keduanya diabadikan sebagai ikon hamba yang berserah diri kepada Allah SWT.