> Â Podho seneng nyalahke. Â (Untuk memenuhi ambisi) antar mereka saling menyalahkan. Banyak orang suka mencari-cari kesalahan orang lain, dengan berbagai fitnah dan menebar kebencian.
Menurut Jayabaya, zaman kalabendu (oleh sebagian kecil orang) terlihat seperti Jaman Kasukan, yaitu zaman yang menyenangkan karena penuh kenikmatan dunia, tetapi sebenarnya zaman itu dirasakan oleh sebagian besar orang lainnya sangat berat. Â Zaman kalabendu merupakan zaman kehancuran dan rusaknya dunia (jaman ajur lan bubrahing donya).
Jayabaya menasehati kita, meski pada zaman itu kondisinya sangat berat, namun kita harus tetap berusaha, serta tetap tabah dan tegar. Â Jangan terbawa dan terbuai oleh arus jaman yang memabokkan (jo kepranan ombyak ing jaman). Sebab zaman itu bakal sirna dan diganti dengan zaman kemuliaan yaitu zaman Ratu Adil.
Sementara RANGGAWARSITA, pujangga Kasunanan Surakarta (tahun 1860-an) menggambarkan zaman edan dalam sebuah bait dalam Serat Kalatidha. Â Serat Kalatidha merupakan sebuah syair yang sangat mashur. Ketenaran Serat Kalatidha telah mencapai kota Leiden, Belanda. Di sana petikan dari Serat Kalatidha dilukis di tembok sebuah museum di kota Leiden.
Serat Kalatidha terdiri dari 12 bait, berisi falsafah atau ajaran hidup Ranggawarsita. "Kala" berarti "zaman" dan "tidha" adalah "ragu". Kalatidha berarti zaman penuh keraguan. Walau demikian banyak yang memberi pengertian "Kalatidha adalah zaman edan" mengambil makna dari bait ke tujuh serat ini, bait yang sangat popular.
Zaman edan dalam serat kalatidha digambarkan secara ringkas sebagai zaman yang serba susah dalam bertindak (wuhaya ing pambudi). Kalau tidak mengikuti edan bakal tidak kebagian  (boya kduman mlik). Namun sebahagia-bahagianya orang yang edan, masih lebih baik orang yang senantiasa "ingat" dan waspada (begja-begjaning kang edan luwih begja kang ling klawan waspada).
Bait ke-7 Serat Kalatidha adalah sebagai berikut:
> Â Amenangi jaman edan (mengalami zaman edan) ;Â
> Â Ewuhaya ing pambudi (serba susah dalam bertindak);
> Â Melu ngedan nora tahan (ikut edan tidak sampai hati);
> Â Yen tan melu anglakoni boya keduman (tapi kalau tidak mengikuti edan tidak kebagian);