Saat takbiratul ihram dengan mengucapkan kalimat “Allahu Akbar”, rasakan “sang aku” seolah terbang keatas meninggalkan raga yang telah pasrah menuju kehadirat Sang Khalik. Sang aku terbang keatas, berpisah dengan tubuh dan jiwa ini menyaksikan raga itu bukanlah “aku”.
Sengajakan sang aku pergi menuju Allah, menyatu bersama seluruh alam semesta dengan Sang Khalik. Inilah yang oleh para sufi disebut “wahdatul wujud”,yaitu menyatunya jiwa atau ruh yang berasal dari nurullah bersama Sang Khalik sumber nurullah. Wahdatul wujud ini dalam khasanah sufi jawa dikenal dengan istilah Manunggaling Kawula Gusti.
Proses “nyambung” ini bagi pemula membutuhkan waktu beberapa saat antara 5 sampai 10 detik, namun setelah terbiasa proses ini bisa berlangsung cukup singkat antara 1 sampai 2 detik saja. Setelah proses nyambung ini dilalui barulah membaca doa-doa wajib (al-fatihah) dan bisa pula ditambah doa sunah (doa iftitah dan ayat al quran).
Keempat, tuma’ninah sebagai kesadaran disetiap sikap dalam shalat.
Tuma’ninah adalah sikap tenang sejenak untuk membangun kesadaran ilahiyah, yang dilakukan di awal pada setiap sikap dalam rukun shalat (berdiri, rukuk, duduk dan sujud).
Pada setiap setelah selesai melakukan suatu gerakan shalat, yaitu pada awal setiap sikap tubuh dalam rukun shalat, janganlah langsung membaca bacaan (sunah) shalat tetapi lakukan terlebih dahulu tuma’ninah.
Pada saat rukuk kita harus mempunyai kesadaran penuh bahwa kita sedang rukuk dalam rangka menyembah Sang Khalik. Pada saat sujud kita juga harus sadar bahwa kita sedang sujud. Demikian pula saat berdiri, duduk dan seterusnya.
Hakikinya tuma’ninah adalah sarana untuk membangkitkan kesadaran batin dengan cara tenang sejenak untuk melakukan 3 hal yaitu sadar, pasrah, dan nyambung.
Di antara kesalahan besar yang terjadi pada sebagian orang yang shalat adalah tidak melaksanakan tuma’ninah ketika shalat. Padahal tuma’ninah adalah salah satu rukun dalam shalat. Jika tidak melakukan tuma’ninah maka shalatnya tidak sah.
Indikator ketidak khusyu’an.
Esensi khusyu’ adalah “kesadaran”. Sehingga pemahaman shalat yang khusyu’ adalah shalat yang dilakukan dengan penuh kesadaran, sejak saat niat sebelum takbiratul ihram, serta disetiap gerakan dan sikap shalat, hingga salam diakhir shalat, bahwa sepanjang shalat adalah komunikasi batin dengan Allah SWT. Empat hal yang harus dilakukan untuk menggapai kekhusyu’an adalah sadar, pasrah, nyambung dan tuma’ninah.