Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Zaman Kekacauan (Ramalan Jayabaya)

5 November 2016   12:12 Diperbarui: 2 Oktober 2018   00:06 2686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini barangkali kita bangsa Indonesia tengah berada didalam suatu masa, seperti yang telah diramalkan oleh Prabu Jayabaya (hidup abad 12), sebagai kalabendu (kekacauan). Di zaman itu orang mulia malah terpenjara (Wong mulyo dikunjoro), orang yang lurus terbelenggu (Wong lugu kebelenggu), orang baik disingkirkan (Wong apik ditampik-tampik) dan orang jahat justru mendapat kedudukan (Wong jahat munggah pangkat).  Situasi seperti itu, oleh Jayabaya disebut sebagai “wolak waliking jaman” (zaman yang terbolak balik) dan disebut sebagai “kalabendu” (zaman kekacauan).

Pada zaman kalabendu, kebanyakan manusia hanya berorientasi pada uang dan kedudukan. Mereka inginnya hidup serba mewah dengan mengumbar syahwat kemurkaan (ngumbar nafsu angkoro murko). Mereka tidak mengindahkan aturan tuhan (Ora ngendahake aturaning Gusti). Berani melanggar sumpahnya sendiri (wani nglanggar sumpahe dhewe). Mereka banyak berjanji namun tidak ditepati. Antar mereka saling menyalahkan (podho seneng nyalahke), lupa kebajikan dan lupa kemanusiaan.

Zaman kalabendu itu oleh sebagian kecil orang terlihat seperti zaman yang menyenangkan, penuh kenikmatan dunia (jaman kasukan), tetapi sebenarnya zaman itu dirasakan oleh sebagian besar orang lainnya sangat berat, dan merupakan zaman kehancuran dan rusaknya dunia (jaman ajur lan bubrahing donya).

Jayabaya menasehati, meski pada zaman itu kondisinya sangat berat, namun harus tetap berusaha, serta tetap tabah dan tegar. Sebisa bisanya jangan sampai orang bertengkar (aja nganti wong kelut).  Jangan melakukan hal bodoh (jo kepranan ombyak ing zaman).  Sebab zaman itu bakal sirna dan diganti dengan zaman Ratu Adil, yaitu zaman kemuliaan.

Prabu Jayabaya (raja kerajaan Kediri, abad 12) adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan Nusantara. Beliau meramalkan keadaan Indonesia saat ini (khususnya pulau Jawa) dengan ramalannya yang ditulis dalam syair/serat yang diberi nama Kalabendu (kekacauan).

Sedangkan oleh Rangga Warsita, pujangga Kasunanan Surakarta tahun 1860-an, situasi tersebut dinamakan sebagai zaman edan (kalatidha), yaitu zaman yang serba susah dalam bertindak (éwuhaya ing pambudi). Kalau tidak mengikuti gila bakal tidak kebagian (boya kéduman mélik). Namun sebahagia-bahagianya orang yang edan, masih lebih baik orang yang senantiasa “ingat” dan waspada (begja-begjaning kang edan luwih begja kang éling klawan waspada)

Ada baiknya apabila kita menelisik bunyi serat Kalabendu Jayabaya sesuai naskah aslinya, sebagai gambaran kondisi saat ini yang telah diramalkan 5 abad yang lalu, sebagai berikut:

Zaman kalabendu iku wiwit yen, (jaman kehancuran itu dimulai jika),

1. Wis ana kreta mlaku tanpa jaran (sudah ada kendaraan berjalan tanpa kuda),

2. Tanah jawa kalungan wesi (pulau jawa berkalungan besi),

3. Prau mlaku ing nduwur awang-awang (Kapal berjalan di atas awan),

4. Kali ilang kedunge(sungai hilang batasnya),

5. Pasar ilang kumandange(pasar hilang keramaiannya),

6. Jaran doyan sambel(kuda suka sambal),

7. Wong wadon menganggo lanang (perempuan menggunakan pakaian pria).

Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman (itu tanda kalau orang bakal menjumpai jaman terbalik):

Akeh janji ora ditetepi (banyak janji tak ditepati),

Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe(banyak orang berani melanggar sumpahnya sendiri),

Menungso podho seneng nyalahke(manusia saling menyalahkan),

Ora ngendahake aturaning Gusti (tidak mengindahkan aturan Tuhan).

Akeh menungso mung ngutamakke dhuwit (banyak manusia yang mengutamakan uang),

Lali kamanungsan(lupa peri kemanusiaan),

Lali kabecikan(lupa kebajikan),

Lali sanak lali kadang  (lupa sanak keluarga).

Kepingin urip mewah (ingin hidup serba mewah),

Ngumbar nafsu angkoro murko, nggedhekake duroko (mengumbar syahwat, membesarkan durhaka).

Wong bener thenger-thenger (orang baik termangu),

Wong salah malah bungah (orang salah malah bahagia).

Wong apik ditampik-tampik (orang baik ditolak),

Wong jahat munggah pangkat (orang jahat naik pangkat),

Wong lugu kebelenggu (orang lugu terbelenggu),

Wong mulyo dikunjoro (orang mulia terpenjara).

Wong agung kasinggung (orang bijak terlecehkan),

Wong olo kapujo(orang jahat dipuja).

Wong wadon ilang kawirangane (wanita kehilangan rasa malunya),

Wong lanang ilang kaprawirane (pria kehilangan kesatriaannya) .

Wong wadon nglamar wong lanang (wanita melamar pria),

Wong lanang ngasorake drajate dhewe (pria merendahkan derajat dirinya).

Sing ngawur makmur (yang ngawur justru makmur),

Sing ngati-ati ngrintih (yang berhati-hati justru merintih).

Sing ngedan keduman (yang gila kebagian),

Sing waras nggagas (yang waras nggagas).

Jaman kalabendu iku koyo-koyo jaman kasukan, jaman kanikmatan donya, nanging jaman iku sabenere jaman ajur lan bubrahing donya. (Zaman kehancuran itu terlihat seperti zaman yang menyenangkan, zaman kenikmatan dunia, tetapi sebenarnya zaman itu adalah zaman hancur dan rusaknya dunia)

Akeh udan salah mongso (banyak hujan tidak tepat musim),

Akeh bujuk akeh lojo (banyak kebohongan banyak lojo),

Akeh prawan tuwo (banyak prawan tua),

Akeh rondho nglairake anak  (banyak janda melahirkan anak),

Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapak'e (banyak bayi lahir mencari bapaknya).

Akeh wong becik soyo sengsoro (banyak orang baik semakin sengsara),

Wong jahat soyo seneng (orang jahat semakin bahagia),

Durjono soyo sempurno  (kejahatan semakin sempurna).

Abote kaya ngapa sa bisa-bisane aja nganti wong kelut (Beratnya seperti apa bisa bisanya jangan sampai orang bertengkar).

Amargo jaman iku bakal sirna lan gantine joiku jaman ratu adil, zaman kamulyan (Sebab zaman itu bakal sirna dan diganti dengan zaman Ratu adil, zaman kemuliaan).

Mula sing tatag, sing tabah, sing kukuh, jo kepranan ombyak ing jaman (karena itu hendaklah yang tegar, yang tabah, yang kokoh, Jangan melakukan hal bodoh.)

Entenana jamane kamulyan jamaning ratu adil  (Tunggulah zaman kemuliaan zamannya Ratu adil.)      

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun