Kelompok Tani Hutan (KTH) Maju Bersama dan Lembaga Pengelolaan Hutan Desa LPHD Pasar Rawa telah menunjukkan bagaimana pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan dapat mendukung perekonomian lokal. Dalam acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama M4CR, mereka memaparkan berbagai inovasi yang berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Rudi, Ketua LPHD Pasar Rawa, menyebutkan bahwa pohon nipah adalah "harta karun tersembunyi" bagi Desa Pasar Rawa. Dulunya, kawasan mangrove mengalami eksploitasi yang tidak terkendali. Namun, berkat kesadaran masyarakat, mereka mulai menanam dan merawat kembali mangrove hingga ekosistemnya pulih.
"Setelah kita menanam dan menjaga hingga hutan mangrovenya rimbun lagi, biota berkembang lebih banyak, dan kita mulai merasakan manfaatnya," ujar Rudi.
Nipah kini menjadi sumber ekonomi baru. Dengan proses pengolahan sederhana, nipah dimasak selama dua jam hingga membeku menjadi produk bernilai ekonomis. Selain itu, daun nipah dimanfaatkan untuk atap dengan harga Rp2.500 per batang, pelepahnya dapat diolah menjadi garam beryodium, dan buahnya diubah menjadi keripik berbagai rasa. Dari satu pohon nipah, manfaat yang dihasilkan sangat beragam.
Selain nipah, produk lain yang dihasilkan dari ekosistem mangrove adalah Baronang Crispy, olahan ikan baronang yang menjadi salah satu inovasi KUPS Maju Bersama Kuliner. Sabariah, anggota KUPS, menjelaskan bahwa kelompok ini terdiri dari sepuluh orang dengan perannya masing-masing, mulai dari penggorengan, pemasaran, hingga pengemasan.
Ikan baronang yang digunakan berasal dari kawasan pohon mangrove dan di produksi rumah ikan buatan KTH Maju Bersama. Produk ini dijual dengan harga Rp15.000 per kemasan dan telah mengikuti program inkubator bisnis di Medan, sehingga para anggotanya mendapatkan ilmu dan bantuan, termasuk penyempurnaan desain kemasan. Namun, tantangan besar masih ada, yaitu perizinan. Hingga saat ini, dapur produksi Baronang Crispy belum memenuhi standar BPOM, sehingga belum mendapatkan izin dari lembaga tersebut.
"Harapannya, dengan bantuan BRGM, kami bisa memiliki dapur produksi sendiri tahun ini," ujar Sabariah.
BRGM juga mendukung KUPS Maju Bersama dengan menyediakan alat penggorengan dan peniris minyak untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Sabariah memiliki impian besar untuk Baronang Crispy. "Kami berharap kedepannya Baronang Crispy menjadi salah satu oleh-oleh khas yang dikenal oleh orang banyak," katanya. Dengan keberlanjutan inisiatif seperti ini, Desa Pasar Rawa membuktikan bahwa pengelolaan mangrove secara bijak dapat menjadi tumpuan ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.