Mohon tunggu...
Panji Joko Satrio
Panji Joko Satrio Mohon Tunggu... Koki - Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Email: kali.dondong@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Anomali Internet Indonesia: Film Murah, Data Mahal

4 Maret 2016   03:37 Diperbarui: 4 Maret 2016   04:25 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ketua DPD Irman Gusman berjanji mendukung industri berbasis internet (sumber: merdeka.com)"][/caption]Ada anomali tarif internet di Indonesia. Yakni murahnya biaya untuk mengakses konten video yang tak senagam dengan mahalnya tarif internet secara umum. Saat ini, katakanlah rata-rata harga paket data internet adalah Rp 20 ribu per Gigabyte. Kuota data sebesar itu bisa habis dalam waktu dua hari, jika kita gunakan untuk berselancar di beberapa website menggunakan komputer (PC). Jadi 2 GB itu sangat kecil dibanding kebutuhan seorang blogger.

Website besar seperti Kompasiana menyedot kuota data secara signifikan. Karena banyaknya gambar termasuk iklan. Situs macam detik.com atau merdeka.com lebih boros lagi, karena banyak mengandung animasi flash.

Youtube? Jangan coba-coba streaming jika kita masih menggunakan paket data berbasis kuota. Bisa-bisa kuota internet yang kita miliki amblas dalam hitungan jam.

Sebenarnya tersedia paket data internet murah pada jalur 4G. tetapi sayangnya, harga modemnya masih relatif mahal.

Video Murah
Anehnya, biaya untuk memgakses konten video justru murah. Ambil contoh, Tri memiliki layanan streaming dengan nama Genflix. Tarifnya Rp 10 ribu per minggu atau Rp 25 ribu per bulan. Dengan tarif semurah itu, kita bisa mengakses sejumlah tayangan televisi luar negeri serta menonton video pilihan via streaming. Meskipun cuma bisa diakses menggunakan android.

Tersedia banyak film pada kanal "Video on Demand". Baik film Indonesia maupun mancanegara. Eloknya, film tersebut bisa ditonton dengan kualitas HD.

Jelas ini sangat murah. Karena menonton satu film saja bisa menghabiskan kuota data katakanlah 500 MB atau setengah GB. Dalam seminggu, paling tidak menghabiskan kuota 2,5 GB. Tetapi mengapa tarifnya sangat murah?

Saya tidak tahu mengapa. Apa karena secara teknis, streaming lebih murah atau bagaimana?

Kita tak memungkiri, menonton film (berkualitas) pun bermanfaat. Di antaranya menambah wawasan dan pengetahuan. Di sisi lain, mengakses data pun berguna. Jadi eloknya, tarif internet bisa semurah menonton video.

Dulu, ada paket internet murah dari Indosat. Paket data 11 GB (efektif 6 GB) cuma dijual di bawah RP 20 ribu. Kini Indosat menjual paket data 11 Gb seharga 30 ribu, sayang menggunakan tenkologi 4G.

Kemarin Ketua DPD Iman Gusman berjanji akan mendukung industri berbasis internet (sumber: merdeka.com). Pernyataan dukungan itu dia nyatakan saat mengunjungi kantor Kapanlagi Network (KLN).

"Industri (digital) ini bisa kita support," kata Irman, Kamis (3/3). Dia juga berjanji mendukung aturan yang bisa ikut mengembangkan industri digital di dalam negeri. Bahkan, dia tak mempersoalkan apabila perlu adanya revisi undang-undang untuk penguatan industri digital di Indonesia.

Dukungan DPD mesti diwujudkan dengan mengupayakan tarif internet kompetitif.  Menkominfo juga harus mengambil peran. Jika kita sepakat internet berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa (halah, lebay) maka tarif internet idealnya bisa dibuat lebih murah lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun