Konservasi Terbaik
Taman Safari Prigen, Jawa Timur dikenal sebagai lembaga konservasi terbaik di Asia Tenggara. Predikat itu disematkan oleh sejumlah lembaga karena keberhasilan Taman Safari Prigen melakukan operasi penyelamatan atau konservasi. Prigen merupakan taman safari di dunia yang paling sukses melakukan konservasi banteng jawa (Bos Javanicus) dan gajah sumatera.
[caption caption="Eko Windarto diwawancarai wartawan di sela acara Kompasiana Coverage #SafariPrigen di Kota Semarang (13/2)"]
Sejumlah upaya konservasi telah dilakukan oleh Taman Safari Prigen. Bukan hanya di dalam area taman safari, tetapi juga di lokasi lain.
Akhir Januari 2016 kemarin, tim dari Taman Safari Prigen melakukan penyelamatan seekor putri duyung (dugong calf) yang tersesat di perairan Pulau Kanawa. Putri duyung cantik itu terlihat berenang sendirian dan kebingungan di perairan yang bukan ekosistem aslinya. Atas permintaan dari PKSDA, tim dari Taman Safari bergerak ke Kanawa Island pada 15 Januari.
Butuh beberapa hari untuk melakukan observasi dan penanganan. Sang putri ternyata mengalami luka, diduga akibat terbentur batu karang. Tim memberi asupan 400-500 mls susu formula untuk mengembalikan kesehatan sang putri laut berhidung mancung itu. Lantaran tak ada susu khusus, maka digunakan susu formula bagi jerapah. Setelah dilakukan penanganan 5-7 hari, putri duyung itu kembali sehat dan dilepasliarkan ke habitat alaminya.
Selain dugong calf, Taman Safari Prigen beberapa kali melakukan konservasi serupa. Di antaranya rescue gajah di Sampit (tahun 2000), rescue anak gajah di SUmatera dan Riau (2002), Rescua Gajah Sumatera di Kalimantan Selatan (2009), serta operasi ganesha, yakni penggiringan gajah liar di kawasan pemukiman. Tak kurang dari 232 ekor gajah sumatera berhasil digiring ke alam liar.
Beberapa kendala konservasi satwa di alam terbuka, menurut Eko, masih ada yang menganggap keberadaan satwa sebagai sumber tontonan bernilai ekonomi. Misalkan ada lumba-lumba terdampar di pantai. Masyarakat kemudian berbondong-bondong menonton. "Mereka kemudian membuka jasa parkir atau berjualan makanan. Mereka cenderung mereka menolak konservasi karena karena berarti menghilangkan magnet sumber tontonan," jelas Eko.
Konservasi di Prigen
Selain konservasi di luar taman, juga dilakukan konservasi di dalam Taman Safari Prigen sendiri. Akhir 2015 lalu, Taman Safari Prigen berhasil melakukan proses kelahiran african leporard dengan proses normal dan sehat. Bayi leporad jantan berbobot 600 kilogram itu kemudian diberi nama "Thaba". Kelahirannya menambah koleksi hewan pemangsa yang pandai memanjat ini.
[caption caption="Bercanda dengan zebra. (Foto: https://www.tripadvisor.com.au)"]
Eko mengingatkan, fungsi utama Taman Safari Prigen bukan sebagai tempat rekreasi atau wisata. Melainkan lembaga konservasi-edukasi. Jika kemudian dikembangkan sebagai wahana wisata, tetap dalam bingkai wisata-edukasi.
Untuk mewujudkan misinya, Prigen melakukan sejumlah langkah strategis dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Taman safari dengan luas 350 hektar ini memiliki 7 wahana edukasi satwa terbaik di dunia. Di wahana itu, pengunjung diajak berinteraksi dan diajak berinteraksi dengan satwa langka. Seperti gajah, harimau, ular, dan burung (selengkapnya di sini).