Mohon tunggu...
Panji Joko Satrio
Panji Joko Satrio Mohon Tunggu... Koki - Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Email: kali.dondong@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa MOOC Menjadi Primadona Pendidikan?

26 Desember 2015   23:47 Diperbarui: 31 Desember 2015   21:12 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran jarak jauh melalui internet sudah acap kita dengar atau bahkan kita ikuti. Tetapi metode MOOC (massive online Open Course) memberi kesempatan bagi masyarakat untuk mengakses pendidikan secara lebih mudah dan murah. Mayoritas penyelenggara tidak memungut biaya (seratus persen gratis), peserta hanya perlu membayar biaya akses internet.

Dengan metode ini, jutaan mahasiswa dapat mengikuti kuliah tanpa terikat tempat dan waktu. Kita hanya perlu meluangkan sedikit waktu, bahkan di sela pekerjaan, untuk mengikuti proses kuliah secara daring. Dengan kemudahan ini, tak heran MOOC menjadi primadona bagi masyarakat yang ingin mengembangkan ilmu, pengetahuan, dan kompetensi dengan biaya sangat murah bahkan gratis.

Jutaan orang telah menjadi peserta dan berkesempatan memperoleh pengalaman belajar dengan konten yang disajikan secara interaktif. Pasalnya, MOOC menggunakan perangkat sistem manajemen belajar atau learning management system (LMS) tercanggih. Pilihan program studinya (jenis kursus) juga bervariasi. Ratusan bidang studi dan topik kursus tersedia. Dari humaniora, sosial, politik, sains, hingga matematika.  

[caption caption="Lembaga penyelenggara kursus online (www.edsurge.com)"][/caption]Kampus Terkemuka
MOOC dikembangkan sejak 2011 oleh Bryn Alexander dan Dave Cormier. Berawal dari Stamford University, kemudian didukung lebih dari 400 kampus terkemuka.

Untuk mengikuti MOOC relatif mudah. Kita hanya perlu mendaftar dan memilih jenis kursus yang diikuti. Pendaftaran dan proses kuliah dilakukan secara daring.

Lembaga penyedia layanan MOOC di antaranya Coursera, edX, Canvas Network, dan Miriada. Keempatnya merupakan lembaga terkemuka dengan jumlah mahasiswa terbesar. Coursera misalnya, kini memiliki mahasiswa tak kurang dari 1,7 juta orang.

Adapun di Indonesia, layanan edukasi online menggunakan MOOC diselenggarakan oleh IndonesiaX. Platform pembelajarannya disediakan PT Education Technology Indonesia (ETI), dengan didukung sejumlah perguruan tinggi terkemuka. Di antaranya Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Surabaya (ITS), dan lembaga pendidikan lain.

Lembaga ini menyediakan kursus online gratis dengan didukung tokoh-tokoh pendidikan terkemuka. Di antaranya Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA (mantan Menteri Pendidikan dan mantan Rektor ITS), Prof. Rhenald Kasali, Ph.D (guru besar UI), Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met (Rektor dan guru besar UI), Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA (Rektor ITB) serta sejumlah tokoh terkemuka lain.

[caption caption="Sebaran jenis kursus yang disediakan (www.edsurge.com)"]

[/caption]Tidak Gampang
Untuk menjadi peserta MOOC relatif mudah. Kita cukup mendaftar secara daring ke lembaga penyelenggara. Untuk kursus dengan penggunaan bahasa Indonesia, paling tepat tentu di IndonesiaX. Pilih jenis kursus yang akan kita ikuti, isi formulir kemudian klak-klik tombol. Dalam hitungan detik, kita sudah terdaftar sebagai mahasiswa. Semudah itu.

Selanjutnya, kita akan mengikuti perkuliahan secara daring. Dosen secara terjadwal mengunggah materi pembelajaran berupa teks, video, animasi, dan konten lain yang bisa diunduh oleh peserta. Peserta bisa mempelajari materi berdasar waktu luang. Di akhir perkuliahan, akan diadakan evaluasi dan jika lulus kita akan memperoleh sertifikat keberhasilan.

Semudah itukah? Medium pembelajarannya memang memudahan: internet. Tapi konten pembelajarannya tetap menggunakan standar baku. Kurikulum disusun profesor-proesor terbaik dari perguruan tinggi terbaik di bidangnya. Maka jangan heran, hanya lima persen dari peserta MOOC yang diselenggarakan MIT University yang berhasil lulus. Sisanya, gagal.

MOOC memang memberi kemudahan tapi jangan dianggap enteng. Mendaftarnya gampang, semudah membuat email. Tetapi belajarnya tetap harus serius.  Pikir ulang jika Anda mengira semudah mendapatkan ijazah dari lembaga perguruan tinggi abal-abal. 

MOOC memang merupakan pembelajaran secara massif. Rasio profesor dengan  peserta didik bisa mencapai 1 dibanding 1.500. Tetapi penilaian dilakukan secara individual menggunakan perangkat lunak pembelajaran canggih. Jadi kalau tak sungguh-sungguh belajar, mungkin Anda hanya akan membuang waktu.

Takut ah, jangan-jangan nanti susah? Belajar memang menuntut kesungguhan. Metode dan modelnya bisa beragam tetapi spiritnya sama: ketekunan, disiplin, dan kerja keras. Kita sudah memasuki era global. Manusia yang malas belajar dan mengembangkan diri pasti akan tergilas zaman. Belajar sepanjang hayat merupakan keniscayaan.  Jadi, mari kita jadikan MOOC sebagai pelecut untuk mengembangkan karasteristik manusia pembelajar.

Tertarik mengikuti kursus online gratis dengan metode MOOC? Daftarnya di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun