Seorang (calon) Putri Indonesia ditanya: apa yang membuat kita bangga menjadi bangsa Indonesia?
Sang Putri menjawab: kita bangga menjadi bangsa Indonesia karena memiliki sumber daya alam (SDA) yang berlimpah.
Begitu kira-kira penampilan (calon) Putri Indonesia Anindya Kusuma Putri, pada malam Grand Final Pemilihan Puteri Indonesia. Saya dan istri menonton acara "putri-putrian" Â di teve itu, demi mendampingi anak. Seorang perempuan, duduk di kelas IV SD.
Saya terpaksa "meluruskan" jawaban Putri Indonesia. Saya takut anak saya salah persepsi. Apalagi, dari gesturnya, anak saya mengidolakan Anindya. Karena dia wakil Jawa Tengah.
Kepada anak, saya bilang: jawaban Anindya itu keliru. Jangan membanggakan kekayaan sumber daya alam (SDA). Itu berkah dari Tuhan. SDA bukan untuk dibanggakan, tapi dimanfaatkan sebaik-baiknya secara bijaksana.
"Lalu kita harus bangga karena apa Yah?" tanya anak saya.
Kita harus bangga pada kerja keras, watak, atau kepribadian. Misalnya, kita bangga karena bangsa Indonesia terkenal keramahtamahannya di mata dunia. Atau karena bangsa Indonesia gemar bergotong-royong. Atau bangga memiliki ilmuwan pesawat terbang sekelas Habibie. Begitu kurang lebih jawaban saya pada anak.
Ketika ternyata pada ajang itu Anindya menang. Dia dinobatkan, menjadi Putri Indonesia. Anak saya protes: Ayah, kalau jawaban Anindya keliru, mengapa malah menang?
Saya jawab: mungkin, nilai dia pada bidang lain bagus. Jadi bisa menutup kekurangannya.
Itu kisah soal SDA, sumber daya alam. Bukan Surya Dharma Ali yang konon dijadikan "mahar" pencapresan Abraham Samad itu.
Palu Arit
Kemudian soal palu arit, terkait berita Anindya mengunggah fotonya berkaus gambar palu arit. Foto diunggah di akun instagram. Dia menulis keterangan foto: I So Vietnam Today.
Yap, bukan soal komunis (PKI) tapi soal Vietnam. Tapi kemudian heboh di medsos. begitulah, foto palu arit memang cenderung mengundang heboh.
Sah-sah saja, Anindya mengunggah ikon palu arit. Tapi lebih arif, jangan cuma foto. Sekalian tulis artikel mencerahkan. Misalnya tentang kegigihan rakyat Vietnam menyerbu Dien Bien Phu dan mengakhiri penjajahan Perancis di negara itu. Jangan cuma sok kenes dengan foto.
Kalau cuma pamer foto palu arit, gadis biasa (yang bukan Putri Indonesia) pun bisa. Anindya harus melakukan lebih dari itu.
Gambar palu arit bisa menimbulkan salah tafsir. Apalagi pengidola Putri Indonesia tak cuma orang dewasa (atau laki-laki dewasa). Tapi juga anak-anak, termasuk anak perempuan saya yang masih kelas IV SD. Repot, kalau anak-anak ikut-ikutan mengidolakan gambar palu arit. Tapi cuma untuk gagah-gagahan, tanpa memahami konteks yang lebih luas.
Saya berharap, kekeliruan Anindya, seperti soal "SDA", tak terulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H