Mohon tunggu...
Mega Fitriyani
Mega Fitriyani Mohon Tunggu... -

mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

PHOBIA PUASA, TABUH MUSIK, NGUMPET AJA LAH...

7 Agustus 2011   14:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:01 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan ramadhan penuh hikmah!

Penuh berkah!

Penuh iklan meriah!

Paling tidak itu yang saya temui di televisi.

Dari mulai iklan sirup, obat kumur, sabun..dan yang paling saya benci, terus terang adalah iklan promag.

Saya pikir, puasa itu kan untuk menambah berkah, menyehatkan badan. Lha, kok malah ditawarin minum racun?

Obat itu=racun, jika tidak dipergunakan secara tepat.

Tapi, herannya. Atau untungnya, racun itulah yang meracuni kekang ibadah bagi kakek saya.

Beliau sudah berumur sekitar 65 tahun, dan sudah lebih dari 20 tahun mengidap maag kronis. Beliau terlambat menyadari hal ini. Katanya, karena sibuk bekerja, beliau sering mengabaikan waktu makannya. Dan ketika beliau sadar kondisinya, tak banyak yang bisa dilakukan, kecuali berobat secara rutin dan menjaga makanan yang dimakan. Menjauhi makanan ini dan itu. Harus makan jam segini dan jam segitu. Arh...rasanya malas sekali membicarakan jadwal makan beliau yang ketat.

Sejak mengidap penyakit ini, Kakek ogah-barangkali takut- puasa. Aduh, kakekku ini phobia puasa ? Karena ketika menjalankan puasa, kondisi perutnya akan menjadi bergejolak. Katanya melilit, dan semakin lama semakin tidak nyaman. Kemudian beliau akan berakhir di tempat tidur dan muntah-muntah. Sejujurnya, siapa yang bisa menyalahkan siapa? Apa keluarga harus menyalahkan beliau karena tak sanggup puasa? Atau beliau harus menyalahkan Tuhan karena membuatnya sulit menjalani yang wajib baginya? Wah...itu pertanyaan yang berat.

Bertahun-tahun (kata keluarga saya) selama bulan puasa, beliau menjadi anak kecil yang hobi main petak umpet. Apalagi waktu itu, sebagai cucu tertuanya, saya sedikit-banyak mengerti seperti apa ibadah puasa itu dijalankan. Walaupun pemahaman saya masih sederhana,puasa ya gak makan dan ga minum. Saya mengerti benar situasi yang kakek hadapi.

Beliau tidak ingin memberikan contoh yang buruk pada anak cucunya. Bulan puasa, disesuaikan dengan pemahaman sederhana saya, puasa ya gak makan dan ga minum. Alhasil, beliau selalu dengan diam-diam mengambil sepiring nasi, berserta lauknya, kemudian bersembunyi di dalam kamarnya. Sementara saya akan berada di luar kamarnya lalu dengan gigih berusaha mendengarkan.

Kesimpulan sementara saya saat itu adalah “Kakek ternyata jago nabuh(alat musik)” karena saya hanya bisa mendengar ketukan sendok dan piring dari dalam kamarnya. Menimbulkan semacam harmoni di bulan ramadhan.

Kemudian, setelah beberapa tahun. Entah karena gempuran promo promag di televisi, atau barangkali kabar burung yang mengatakan kemanjurannya, akhirnya beliau memutuskan untuk mencoba resep itu. Resep racun itu. Resep dari promag.

Saya pikir, promag akan menjadi semacam petasan. Maksudnya, akan menyalak sebentar, membuat kaget, dan selanjutnya menjadi hening. Promag mungkin akan ampuh di awalnya, tapi menjadi semakin melempem belakangan. Saya rasanya berani bertaruh untuk hal ini.

Tapi , hem...harus saya akui, saya salah. Selama hampir 4 kali puasa, kakek saya rutin mengkonsumsi promag, dan sanggup menjalani ibadah puasanya dengan lancar. Racun itu manjur, sampai lebaran, sampai puasa depan, sampai lebaran lagi, dst. Dan yang lebih membuat saya terheran-heran, bagaimana mungkin racun itu tidak menimbulkan efek apapun, kecuali perut kakek saya merasa lebih baik selama puasa? Atau dalam kondisi kumatnya? Wah...apa promag punya sihir ya?

Sudahlah...

Apapun sihir yang dipergunakan oleh promag, saya bersyukur, bersyukur sekali, karena promag membuat kakek saya merampungkan puasanya. Tanpa bolong. Walaupun hal itu berarti beliau tidak lagi sebagai pemusik yang berbakat atau pun kakek ceria yang suka bermain petak umpet, tapi beliau sudah menjadi kakek teladan (paling tidak di dalam keluarga) yang siap menghadapi bulan ramadhan dengan kepercayaan diri ( asal ada promag di kantong,hhaa).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun