Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Begitulah kiranya potongan lirik dari lagu perahu kertas. Berlayarnya film Perahu Kertas di bioskop semenjak 16 Agustus 2012 sendiri merupakan sebuah proses yang panjang dan berliku. Film Perahu Kertas sendiri diadaptasi dari novel best seller karangan Dewi Lestari. Dewi Lestari merupakan novelis terkemuka di Indonesia. Sejumlah karyanya telah mendapatkan apresiasi baik dalam segi penjualan dan penghargaan karya sastra. Simak saja keberhasilan Supernova 1: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh menjadi nominator dalam Khatulistiwa Literary Award. Simak pula sanjungan yang diberikan oleh Arswendo Atmowilito dalam endorsement buku Filosofi Kopi, “Kalau kemarin panitia Nobel Sastra masih maju mundur dengan nama Pramoedya, sekarang bisa memaknai kembali, melalui karya-karya ini.”
Film Perahu Kertas sendiri langsung dikawal oleh Dewi Lestari sebagai penulis skenarionya. Hal ini memungkinkan alur dan penjiwaan versi filmnya memiliki benang merah yang sama dengan versi novelnya. Adapun sutradara dari film Perahu Kertas dipercayakan kepada Hanung Bramantyo. Hanung Bramantyo sendiri merupakan sutradara yang telah sukses dalam sejumlah sineas. Sebut saja film Jomblo, Ayat-Ayat Cinta, Brownies, Catatan Akhir Sekolah, Get Married, Sang Pencerah, Tanda Tanya, yang merupakan sederetan dari buah tangan dingin sutradara muda ini. Jika dikomparasi dengan rekam jejak sebelumnya, maka Hanung merupakan sosok yang tepat. Secara novel, Perahu Kertas memiliki kemiripan gaya dan tema dengan film Jomblo. Ada persahabatan, cinta, sisi drama yang ingin diungkap. Sedangkan dalam versi adaptasi dari versi novel, sebelumnya Hanung Bramantyo telah membuktikan dengan 3,6 juta penonton bioskop yang menyaksikan film Ayat-Ayat Cinta. Ayat-Ayat Cinta sendiri awalnya merupakan novel best seller karangan Habiburrahman El Shirazy yang menyegarkan kembali sastra Islam.
Film Perahu Kertas memadukan sejumlah nama muda dan nama senior dalam deretan pemainnya. Tengok saja bagaimana August Melasz sang aktor langganan antagonis yang kedapatan menjadi Adri (ayah Keenan), Tio Pakusadewo yang menjadi cinta masa lalu dari ibu Keenan (Wayan), Titi Dwijayanti (ibu dari Kugy). Sedangkan sejumlah nama muda yang hadir merupakan sosok yang telah memiliki reputasi mumpuni. Reza Rahadian yang mendapatkan penghargaan dari Festival Film Indonesia untuk aktor pendukung terbaik (2009), dan aktor terbaik (2010), kedapatan peran sebagai Remi (pacar dari Kugy). Sedangkan dua tokoh utama ditempati oleh Maudy Ayunda (Kugy) dan Adipati Dolken (Keenan). Maudy Ayunda sebelumnya telah dikenal sebagai pemeran Zakiah Nurmala dalam film Sang Pemimpi, serta sebagai pemeran Indah dalam film Tendangan dari Langit. Maudy Ayunda tidak hanya piawai beradu karakter, melainkan juga memiliki kemampuan vokal yang menawan. Ia sebelumnya telah melemparkan album dengan single Tiba-Tiba Cinta Datang. Tak berlebihan jika dalam film Perahu Kertas, original soundtrack-nya diisi oleh suara jernih Maudy Ayunda.
Film Perahu Kertas berintikan pada dua tokoh utama yakni Kugy dan Keenan. Kugy digambarkan sebagai sosok mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Tokoh yang satu lagi adalah Keenan. Keenan merupakan seorang yang cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya, mewujudkan lukisan-lukisan magis. Mereka berhadapan dengan hamparan misteri dan rintangan tentang hidup. Pertanyaan besarnya ialah akankah dongeng dan lukisan itu bersatu? Akankah hati dan impian mereka bertemu?
Film Perahu Kertas merupakan kisah tentang para pemimpi. Keenan memiliki mimpi besar sebagai pelukis. Namun mimpinya ini terbentur dengan keinginan ayahnya yang menginginkan si sulung ini menjadi penerusnya di perusahaan trading yang dibangunnya. Sedangkan Kugy memiliki ekspektasi sebagai juru dongeng. Sebuah profesi yang kiranya sukar untuk mendapatkan imbalan finansial yang memadai. Seperti diungkap dalam potongan dialog berikut:”Asal kamu tahu, di negara ini, cuma segegilintir penulis yang bisa cari makan dari nulis tok. Kebanyakan dari mereka punya pekerjaan lain, jadi wartawan kek, dosen kek, copy writer di biro iklan kek. Apalagi kalau mau jadi penulis dongeng! Sekalipun aku serius mencintai dongeng, tapi penulis dongeng bukan pekerjaan ‘serius’. Nggak bisa makan.”
Perjalanan menggapai mimpi memang bukanlah sebuah perjalanan yang mudah. Ada rintangan, cabaran yang harus dilalui. Tantangan itulah kiranya yang membentuk karakter dan sekaligus menguji kesungguhan para pemimpi untuk mewujudkan harapannya. Keenan sendiri dalam mewujudkan mimpinya harus ‘patah’ terlebih dahulu. Ia memilih mengundurkan diri dari jurusan Manajemen sekalipun indeks prestasi yang didapatkannya tertinggi di angkatannya selama dua semester. Keenan juga sempat ‘patah’ dan seakan terselaput mendung dari inspirasi begitu mengetahui bahwa lukisannya yang terjual sesungguhnya hanya dibeli oleh satu nama yakni Wanda. Wanda sendiri pernah menjadi pacar Keenan dan terobsesi sangat pada Keenan.
Kugy dalam perjalanannya meniti mimpi juga mendapatkan rintangan tak kalah peliknya. Mulai dari kisah cintanya yang rumit dengan Keenan, goyahnya persahabatannya dengan Noni teman dari masa kecilnya. Kugy sendiri sempat seakan melepas mimpinya menjadi juru dongeng setelah menjadi prodigy di dunia periklanan.
Orang muda yang suka berkarya, begitulah kiranya frasa yang tepat untuk menggambarkan Keenan dan Kugy. Keenan dengan lukisannya dan Kugy dengan dongengnya. Hal tersebut kiranya yang layak untuk diduplikasi oleh segenap kalangan muda Indonesia. Untuk tiada terjebak dalam arus komersialisme, konsumsi en sich. Bagaimana melalui dua sosok Kugy dan Keenan rangkaian karya kreatif tercipta. Kombinasi antara dua talenta ini sendiri tersuguh melalui karya kolaobrasi dimana Kugy menuliskan cerita dongeng dan Keenan membuat ilustrasinya. Melalui medium karya inilah cinta dua insan ini menemui kanalnya secara nyata. Simaklah suara hati nan puitis dari Kugy berikut:
Hari ini aku bermimpi.
Aku bermimpi menuliskan buku dongeng pertamaku.
Sejak kamu membuatkanku ilustrasi-ilustrasi ini, aku merasa mimpiku semakin dekat.
Belum pernah sedekat ini.
Hari ini aku juga bermimpi.
Aku bermimpi bisa selamanya menulis dongeng.
Aku bermimpi bisa berbagi dunia itu bersama kamu dan ilustrasimu.
Bersama kamu, aku tidak takut lagi menjadi pemimpi.
Bersama kamu, aku ingin memberi judul bagi buku ini.
Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan Bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Selamat Ulang Tahun.
Di tengah kepungan pragmatisme dan instanisme yang ada, banyak kiranya manusia yang mengibarkan bendera putih pada mimpi yang dimilikinya. Menyerah dengan realitas yang dihadapi dalam siklus keseharian. Padahal seperti diungkap oleh Albert Einstein, bahwa imajinasi lebih berharga dari sekadar ilmu pasti. Melalui imajinasi para pemimpi yang diturunkan ke bumi inilah terjadi inovasi, kreativitas, karya yang monumental. Mimpi memberikan cakrawala, visi yang jauh ke depan, harapan.
Para pemimpi adalah orang-orang biasa, namun keinginannya untuk memenuhi mimpinya melebihi rata-rata orang biasa. Hal yang terkonfirmasi dalam film Perahu Kertas, bagaimana keteguhan hati dari Keenan dan Kugy untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Gagal, kecewa, ‘patah’, terhempas, pernah mereka alami dalam skema perjalanan menuju ekspektasi. Namun lihatlah bagaimana ketegaran dan keteguhan hati yang mereka miliki. Sehingga meminjam istilah Paulo Coelho, ‘Jika kamu berkeinginan, maka alam semesta akan membantumu’. Berlayarlah perahu kertas ke laut lepas kehidupan. Selamat berlayar dan memperjuangkan mimpi.
{fin}
Kalfa (Kaldera Fantasi) merupakan komunitas dengan titik fokus pada fiksi fantasi. Ada beberapa distrik yang kami coba jelajahi yakni: Buku-Film-Games-Japan/Anime-Komik.
Hadir juga di www.facebook.com/groups/kalfa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H