Mohon tunggu...
Kala Sanggurdi
Kala Sanggurdi Mohon Tunggu... Pelajar dan Pengajar -

Hai. Aku menulis. Menulis puisi, Menulis cerita, Menulis naskah, Menulis ilmu, Dan kadang menulis omong kosong. Tapi tidak apa, karena tulisan adalah suara yang diabadikan, kan? ask.fm/palakienevermore

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | 13. Hembusan

23 November 2017   16:20 Diperbarui: 24 November 2017   11:26 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuhentikan duka

kuterbangkan rasa

awan cantik menghitam dengan anggunnya

 

Tak perlulah takut

kepada sang maut

gelap hanya ingin kau hentikan besut

 

Dapat kumakna

dapat kurasa

bintang memberi pesan yang sederhana

 

Kepada sang batu, kuucapkan rindu

yang telah berlalu, hanya jadi pilu

pohon jadikan daun-daunmu itu

menjadi benalu

 

Indahnya,

indahnya,

indah kian dunia

 

Cerahnya,

cerahnya,

cerah malam gelapnya

 

Tak perlu,

tak perlu,

tak perlulah tuk malu

 

Sekian,

sekian,

sekian demikian

 

Ku takkan mati, takkan mati

hingga engkau mati

 

Ku takkan hidup, takkan hidup

hingga engkau hidup

 

Ini adalah puisi yang umurnya paling muda di antara puisi-puisi yang sebelumnya. Puisi 13. Hembusan dibuat ketika aku sudah beberapa bulan di Rusia (dengan gunungan kertas yang masih cukup menumpuk), dan lagi-lagi, datang dalam bentuk senandung seperti 5. Sesak. Bedanya, kalau 5. Sesak itu sedih, 13. Hembusan itu riang.

Kalau diperhatikan juga, rima puisi ini sudah sangat enak---pola suku kata juga sudah enak. Karena Kala suka sekali dengan struktur dan pola, bahkan puisi riang pun harus punya dua hal itu. Lihat saja rimanya yang selalu berakhiran sama pada tiap bait. Yang lebih spesial lagi adalah pola dari suku kata. Coba perhatikan polanya: (6-6-12/6-6-12/5-5-12)/(12-12-12-6)/(3-3-7/3-3-7/3-3-7/3-3-7)/(9-6/9-6). Nah, menyadari sesuatu? Yap! Puisi 13. Hembusan adalah usaha pertamaku untuk merangkai pola yang lebih kompleks!

Sebelum kalian semua melepas sandal dan berusaha membuatku tersedak, aku akan membahas pola 13. Hembusan yang agak lebih kompleks dari puisi-puisi sebelumnya. Jadi, puisi ini punya empat bagian besar: eksposisi, perkembangan, rekapitulasi, dan koda. Kalian yang bermain piano klasik tahap lanjut pasti akan membenciku karena mengingatkan kalian terhadap bentuk Sonata yang cukup terkenal. Aku hampir mau menyebut puisi 13. Hembusan mempunyai bentuk Soneta, tetapi aku tidak bisa mengatakan bahwa puisi ini adalah sebuah Soneta. Bagian-bagian dari puisi ini terpapar jelas dari jumlah suku kata per baris pada suatu bait: 6-6-12 (atau 5-5-12) adalah bagian eksposisi, 12-12-12-6 adalah perkembangan, 3-3-7 adalah rekapitulasi, dan 9-6 adalah koda. Bahkan kalau mau, kita bisa melihat puisi ini mempunyai dua bagian besar dan sebuah koda: empat bait pertama adalah bagian pertama, empat bait kedua adalah bagian kedua, dan dua bait terakhir adalah koda. Bagian pertama mengandung eksposisi dan perkembangan, bagian kedua murni rekapitulasi, dan koda... ya koda. Ehe.

Tenang saja, bentuk kompleks seperti ini jarang aku buat. Kalau aku ingat-ingat, yang punya bentuk Sonata hanya 13. Hembusan, 22. Ignis Fatuus, 36. Pilar Penciptaan, 70. Affannato, 73. Nabi Penciptaan, 135. L'lgie, dan 137. Tristesse. Di antara semuanya, bentuk Sonata 13. Hembusan adalah bentuk Sonata tersusah kedua. Jadi kalau mau melemparku dengan sandal, nanti saja ketika aku membahas 70. Affannato: puisiku dengan struktur paling susah, baris dan baitnya banyak, dan memerlukan emosi yang begitu intens.

 Makna dan interpretasi dari 13. Hembusan? Yah, itu silakan diterka sendiri. Aku cukup menjelaskan strukturnya saja. Masalah emosi yang dikandung dan makna yang tersirat, aku serahkan kepada pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun