Personally, aku merasa puisi ini masih belum berhasil menyampaikan pesannya. Aku masih ingat bahwa Bayang dan kedua temannya harusnya menjadi puisi visual; atau malah sebuah lukisan, lagu, pementasan teater, pokoknya sesuatu yang tidak terperangkap dalam simbol-simbol yang hanya bisa dibaca dan diimajinasikan dalam pikiran belaka. Hingga saat ini, aku masih belum tahu bagaimana caranya agar Bayang bisa mengeluarkan potensi terbesarnya. Jadi untuk sekarang, aku biarkan Bayang membayangi bab pertama Loka Loka sebagai puisi yang belum sepenuhnya selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H