Saat ini sebagian besar advertiser memilih menggunakan Ad Network dalam menyebarkan iklan karena jangkauannya yang sangat luas. Terutama dengan metode programmatic buying yang konon mampu melakukan profiling terhadap pengunjung website.
Namun ada beberapa masalah yang akan muncul ketika menggunakan metode ini, dan perlu diwaspadai.
1. Bukti Tayang
Karena skema penyebarannya yang luas dan algoritma tayang yang rumit, umumnya perusahaan ad network tidak menunjukkan bukti tayang berupa printscreen yang umumnya disediakan pada pemasangan iklan secara direct placement.
Hal ini terjadi karena:
- Penyedia jaringan pubisher sendiri tidak bisa memastikan dimana saja iklan akan tayang
- Kalaupun kita tahu dimana saja iklan kita akan tayang, mekanisme bidding tidak memungkinkan adanya kepastian waktu dan seberapa sering iklan tayang.
2. Transparansi Biaya
Skenario yang umumnya terjadi saat sebuah agency melakukan pemasangan iklan adalah sebagai berikut.
Agency melakukan negosiasi dengan ad network sebesar, misalnya, CPM Rp.50,000 dengan total budget Rp.100,000,000. Dengan demikian dapat diprediksi impresi yang terjadi ada di angka 2jt impresi.
Dengan target 2jt impresi tersebut, Ad network kemudian mengalokasikan Rp. 10,000,000 dari budget tersebut untuk membeli spot di website premium yang memiliki nilai CPM Rp.100,000. Lalu budget sebesar Rp. 50,000,000 akan dialokasikan ke website-website kecil yang memiliki nilai CPM Rp. 25,000.
Dengan demikian maka impresi yang terjadi adalah 100,000 (di website premium) + 2,000,000 (di website non-premium) = 2,1jt impresi. Target terpenuhi, dan klien senang karena mendapat printscreen dari iklan yang tayang di website premium.
Mekanisme ini tidak transparan, dan berpotensi disalahgunakan