Yesus Dituduh Sebagai Orang Samaria
Samaria adalah ibukota kerajaan Israel Utara sejak raja Omri (1Raj. 16:24). Pada tahun 722 sM direbut tentara Asyur (2Raj. 17:5). Penduduknya dicampur dengan bangsa-bangsa lain, sehingga agama dicampur juga (2Raj. 17:24-41). Dalam Perjanjian Baru, Samaria adalah daerah di antara Galilea (Utara) dan Yudea (Selatan). Penduduknya dibenci oleh orang-orang Yahudi karena perbedaan agama dan kebiasaan.
Dengan mengatakan bahwa Yesus itu orang Samaria (Yoh. 8:48), mereka bermaksud membangkitkan sentimen agama supaya orang-orang Yahudi memboikot dan menjauhi Yesus. Sebab, orang Yahudi haram bergaul dengan orang Samaria (Yoh. 4:9). Yesus sendiri melarang murid-muridnya untuk masuk apalagi bertablig kepada orang-orang Samaria (Mat. 10:5), meskipun ia ternyata masuk dan bertablig juga ke sana (Yoh. 4:1-42). Mereka juga secara tidak langsung menuduh bahwa Yesus adalah seorang penyembah Baal, karena orang Samaria telah mendirikan mezbah untuk Baal di kuil Baal (1Raj. 16:32). Baal adalah gelar dewa-dewa asli tanah Kanaan yang ditentang para nabi Tuhan dalam Perjanjian Lama. Tugasnya adalah menjamin kesuburan. Karena itu Baal seringkali turut disembah oleh orang Israel sendiri.
Alasan lain mereka menuduh Yesus sebagai orang Samaria, karena mereka beranggapan bahwa Yesus itu adalah anak Yusuf (Luk. 3:23), sedangkan Yusuf yang dianggap ayahnya itu adalah keturunan Ya’kub (Israel). Ya’kub inilah yang menjadi nenek moyang orang-orang Samaria (Yoh. 4:12). Jadi kesimpulan mereka, karena Yesus juga keturunan Ya’kub itu artinya ia orang Samaria. Bagaimana mungkin Yesus, yang keturunan orang-orang Samaria dan penyembah berhala/ dewa Baal atau Beelzebul bisa mendakwakan diri sebagai nabi?
Jawaban Yesus:
Untuk menjawab tuduhan ini Yesus mengingatkan mereka dengan hukum yang terutama dari seluruh Hukum Taurat. Ketika seorang ahli Taurat berdiri untuk mencobai Yesus dengan bertanya, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Maka jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Ahli Taurat itu menjawab, “Kasihilah Tuhan, ALLAHmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Kata Yesus kepadanya, “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya, orang itu bertanya lagi kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Yesus menjawab bahwa yang dimaksud dengan sesama manusia adalah manusia seluruhnya, tanpa membeda-bedakan agama dan kebiasaan (Luk. 10:25-36). Hal ini dipertegas lagi dengan perkataan Yesus sendiri kepada para muridnya, “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal ALLAH pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat. 5:46-48).
Maksudnya, orang-orang Yahudi yang membangga-banggakan diri bahwa mereka adalah keturunan Abraham (Yoh. 8:39), atau menyombongkan diri bahwa mereka itu menjadi murid-murid Musa (Yoh. 9:28) sebenarnya tidak ada kelebihan apa-apa selama mereka tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh keduanya. Sebaliknya, meskipun ada orang yang bukan keturunan Abraham atau murid Musa tetapi melakukan perintah mereka berdua, sebenarnya orang-orang inilah yang lebih pantas disebut keturunan Abraham atau murid Musa. Jadi, orang-orang Samaria, Kanaan, Yunani dan Roma justru memiliki kualitas keimanan dan kasih yang lebih tinggi dari pada orang-orang Yahudi, bahkan dari pada para murid Yesus sendiri (Mat. 8:10; 15:28; Yoh. 4:19).
Yesus Dituduh Anak Zinah dan Keturunan Para Pezinah
Tuduhan lain yang dilontarkan orang-orang Yahudi adalah bahwa Yesus merupakan anak zinah. Sedangkan mereka sendiri membanggakan bahwa “kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu ALLAH” (Yoh. 8:41). Menurut mereka, jangankan untuk menjadi nabi, menjadi anggota jemaat biasa saja tidak bisa. Bahkan keturunannya yang kesepuluh pun tidak boleh masuk jemaat Tuhan (Ul. 23:2). Bagaimana mungkin orang yang dilahirkan dari zinah bisa mendakwakan diri sebagai nabi?
Jawaban Yesus: