Penulis menyimpulkan bahwa, berdasarkan hadits tersebut, lemahnya manusia bisa diukur dari kemampuannya mengendalikan dirinya.Â
Karenanya, menurut tulisan itu, laki-laki yang tidak mampu menjaga pandangan adalah manusia lemah. Ia kalah oleh nafsu, lalu nafsu mengendalikannya, bahkan menutup akal sehatnya.
Menjaga pandangan berdasarkan tulisan itu merupakan sesuatu yang sangat krusial. Ia merupakan perkara paling awal bagi setiap pelaku kekerasan. Ditambah, menurut keterangan agama bahwa, laki-laki memiliki satu nafsu, namun ia lebih mudah terpancing.
Tulisan itu juga menyebut, banyak laki-laki yang memanfaatkan kekuatan fisik mereka untuk melakukan kekerasan terhadap perempuan. Pandangan penulis itu didukung dengan teori kekerasan simbolik yang diutarakan Bourdieu, tokoh Sosiologi dunia.Â
Menurut sosiolog tersebut, kekerasan bisa terjadi karena adanya kekuasaan atau kekuatan yang lebih. Dalam hal ini, kekuatan itu adalah kekuatan fisik laki-laki.Â
Di akhir tulisan, penulis mengatakan "pelaku kekerasan, tidak peduli mau perempuan itu seksi atau pun tertutup. Masalahnya ada pada pelaku itu sendiri, yakni laki-laki".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H