Pada kondisi hari ini sering sekali kita melihat pandangan, terutama pada kalangan mahasiswa bahwasannya mahasiswa merupakan kaum/orang intelektual?, tapi apakah tepat pandangan tersebut?, apakah hanyalah sesempit itu saja intelektual?, mari kita bedah lebih mendasar.
Kaum/orang intelektual, apa, siapa, dan bagaimana kaum intelektual tersebut ? ditinjau dari etimologi intelektual berasal dari bahasa inggris yaitu intellect yang maknannya adalah akal atau fikiran, artinya kaum intelektual merupakan kaum yang akal fikirannya telah mendapat pendidikan dan pengajaran, bukan hanya kaum yang bergelar Mr, Dr, atau Ir-lah yang bernama intelektual, berapa banyak jika kita melihat kondisi sosial orang yang bergelah Mr. Dr. Ir. Ini yang kepandaiannya sama sekali tidak hidup, dan tidak lebih dari pada seperti “woordenboek”2 belaka!?!3 yang dimaksud daripada “sama sekali tidak hidup” merupakan tidak adanya kontribusi nyata dari orang-orang tersebut. Secara sederhana juga kaum/orang intelektual adalah kaum yang akal dan fikirannya sudah mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan yang lain.
Manusia, siapapun dirimu kau memegang peran intelektual hari ini tapi hanya segelintir dari jenismu yang mampu mengejawantahkannya dalam bentuk kontribusi nyata4. Karena memang kaum intelektual adalah kaum yang sadar dalam menggunakan akal dan fikirannya untuk berkontribusi dan sadar bahwasannya dia harus berjuang dengan dan untuk rakyat. Sejatinya seorang intelektual dengan berbagai macam status istimewanya ataupun tidak, berkewajiban dan memiliki tanggung jawab untuk memajukan kebebasan, keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian. Kaum intelektual tidak sekedar bertugas menyingkap kebohongan penguasa, tetapi juga menjelaskan sejauh apa kita terlibat dalam kejahatan itu dan bagaimana menghentikannya. Mengutip Lenin5, Althusser6 bilang, intelektual memang bisa mengambil posisi revolusioner7 dan berani, namun sebagai massa mereka tetap saja sebagai borjuis kecil dalam ideology. Artinya intelektual harus membantu rakyat untuk melihat dan memahami realitas dan membongkar segala hal yang terselubung.
Siapa yang sejatinya dimaksud rakyat yang sebagai kaum intelektual harus berjuang dengan dan untuknya?, memang jika kita ingin membahas secara mendalam kita harus berbicara “kelas dan perjuangan kelas” bahkan sebelum itu kita harus juga mengkaji “ekonomi-politik”, tapi saya rasa itu tidak perlu dibahas dalam penulisan ini, karena dengan kesadaran kita hari ini, sudah jelas bahwasannya hari ini yang harus kita bela adalah kaum/orang yang terhisap8 dan tertindas9. Bung karno dalam pidatonya10, “banyak orang yang mengatakan dan bertanya-tanya, kenapa kaum intelektual Indonesia tidak begitu banyak yang aktif, ya malahan mati jika dibandingkan dengan kaum intelektual dari Nergara jajahan lain seperti India, Mesir atau Filipina?” hakikatnya kaum intelektual Indonesia itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya, sebab pergerakan kaum intelektual itu tidak bisa lepas dari keadaa-keadaan yang mengelilinginya., keaadan tersebut adalah kaum intelektual Indonesia merasa ketakutan atas aturan-aturan kaum sana yang dulu sangatlah mempersempit geraknya. Kaum tersebut seakan-akan mengendalikan sebagai driver kondisi dan sangat mengatur serta juga karena sebagai penenti kondisi basis strukturnya yaitu sosial-ekonomi politik.
Siapa “kaum sana” yang seperti saya tuliskan diatas?, yaitu inggris yang merupakan golongan imprealisme11 yang bersifat kapitalisme12 dagang yang sangat berpengaruh bagi para kaum intelektual pada saat itu di India, Inggris sampai-sampai dijulukti “the workshop of the world” yang artinya sebagai pusat perusahaan dunia, terlebih lagi Inggris juga telah memiliki industry sendiri dan juga karena disana merupakan basisnya akan bahan baku. Sehingga produk-produknya banyak yang dibawa dan dijual di India. Supaya produk tersebut dijual, jalan yang ditempuh adalah dengan membangun nafsu para rakyat yang ada, yang dimana produk tersebut dijadikan kebutuhan rakyat sehingga para rakyat akan besar nafsu untuk membeli prduk tersebut, higga rakyat bersifat konsumtif13. Dampak dan strategi Inggris sejatinya sangat efektif, sampai-sampai kaum imprealisme tersebut membawa semua produk-produknya ke tanah Hindustan14 tersebut, sebab barang siapa keinginan membelinya aktif tentulah pasti akan banyak kebutuhan. Dengan kondisi yang sedemikian kejam tersebut, lahir sebuah golongan intelektual yang inisiatifnya aktif terhadap keadaan. Mereka tetap menjadi kaum pembela bangsa dan negaranya. Maka itulah pergerakan rakya Hindustan banyak melahirkan para “intelegentzia”15.
Bagaimana keadaan Indonesia?, Negara kincir angin (Belanda) tidak bisa disamakan dengan Inggris, karena bukan Negara yang kaya akan bahan baku dan industry layaknya Inggris. Namun hasil dari drainage16 kekayaan Indonesia dibawa kembali ke Indonesia, sehingga dibangunlah industri-industri milik Belanda di Indonesia. Artinya jelas bahwasannya industri tersebut milik industri-kapitalisme Belanda. Dan sudah jelas bahwasannya industry-kapitalisme sangatlah butuh akan kaum buruh, baik kerah putih ataupun kerah biru17. Dengan strategi imprealis Belanda kemudian mendirikan sekolah yang hanya untuk mendidik kaum buruh yang lemas saja supaya tidak banyak cerewet.sistem pendidikannya merupakan membentuk semangat menjadi buruh, namun kaum buruh kasar, hina melihat hal itu, padahal mereka sejatinya sama rata sebagai kaum proletar18 yang tak punya apa-apa melainkan tenaganya. Strategi ini sangatlah membodohkan, supaya upah yang diberikan bisa serendah-rendahnya dan tidak banyak ocehan-ocehan dari para buruhnya. Padahal bahaya outsourching19bisa saja setiap saat mengancam, sebab jelas, system outsourching merupakan sebuah keharusan dalam industri-kapitalisme.
Sudah jelas bahwasannya para kaum intelektual yang sadar akan kondisi yang seperti ini adalah kewajiban mereka untuk bergabung bersama rakyat dan menumpaskan segala bentuk penjajahan. Artinya kaum intelektual harus membela dan bergabung dengan rakyat untuk melawan penindasan yang terjadi!!!.
“semua yang terjadi di bawah kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berfikir” Pramoedya Ananta Toer20
1Disampaikan Azis sebagai pengantar materi pada pendiskusian dengan Bung Havid, Bung Fandi, Ajeng, Wulan, Bung Riski pada 7-05-14.
2”Woordenboek” disana maksudnya adalah seperti kamus berjalan
3Penggalan kalimat dari S.K Persatoen Indonesia, December 1929
4Pernyataan Antonio Gramsci pada Intelektual “Organik”
5Lenin : Vladimir Ilyich Ulyanov, sosok revolusioner dan penggagas teori politik berkebangsaan Rusia, dan pemegang peran utama pada Revolusi Oktober 1917
6Althusser : Louis Althusser seorang filsuf marxis
7Revolusioner berakar pada kata Latin, revolution, yang berarti berputar balik. Kata ini lalu berkembang artinya menjadi perubahan politik dalam waktu singkat dan drastis, tapi yang dimaksud disana adalah sosok yang mampu berkontribusi nyata dalam memperbaiki Negara.
8Terhisap yang dimaksud disana adalah bermakna pada pengisapan dalam kegiatan produksi yang tenaga dikeluarkan tidak sebanding dengan upah yang diberikan
9Tertindas yang dimaksud disana adalah dipaksa untuk kerja terus menerus tanpa mengabaikan kegiatan orang yang tertindas, layaknya seperti perbudakan
10Pidato Bung Karno dalam open bare vergadering P.N.I Bandoeng dan Jacarta
11Imprealisme adalah sebuah produk dari kapitalisme industrial yang sangat maju,Iimprealisme adalah hasrat dari setiap Negara kapitalis industrial untuk mengendalikan atau menjajah semua daerah-daerah agrarian luas (penekanan dari Kautsky), tidak peduli Negara mana yang mendudukinya, Die Neue Zeit, 1914, 2 (B, 32), s.909, Sept. 11, 1914; cf. 1915, 2, S. 107 et seq. (Catatan Lenin)
12Kapitalisme menurut karl Marx, adalah sebuah system dimana pemilik modal menjadi penentu dari seluruh kebijakan pasar dan harga barang dengan meminimalisir kerugian dan memaksimalkan keuntungan
13Konsumtif yang dimaksud disana adalah budaya mengkonsumsi barang apapun secara berlebihan padahal itu bukan merupakan kebutuhannya untuk hidup
14Hindustan adalah nama lain dari Negara yang disebut India
15”Intelegentzia” adalah kaum terpelajar/cerdik
16”Drainage” yang dimaksud diatas adalah pengeringan secara paksa/pengambilan secara paksa
17Secara sederhana Buruh kerah putih adalah buruh yang relative banyak bekerja dengan pikiran/otaknya, dan kerah biru adalah buruh yang lebih banyak bekerja dengan fisik/ototnya.
18Proletar adalah kelas yang tidak memiliki produksi, dan bekerja pada kelas di atasnya yang memiliki alat produksi
19”Outshorching” adalah penyaluran karyawan kepada perusahaan lain, artinya karyawan tidak terikat dengan perusahaan lain, tetapi terikat dengan perusahaan penyedia jasa tersebut dan sistemnya merupakan kontrak.
20Pramoedya Ananta Toer adalah seorang sastrawan yang pemikirannya menurut saya sangatlah maju pada massanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H