Mohon tunggu...
Priyono
Priyono Mohon Tunggu... Guru - A teacher, tutor and a loving father

Seorang ayah dan praktisi pendidikan yang peduli terhadap dunia pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Blended Learning, Solusi Pembelajaran Sekolah di Tengah Pandemi

9 Juni 2020   00:56 Diperbarui: 9 Juni 2020   11:43 3389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses pendidikan dengan pembelajaran jarak jauh secara penuh yang selama ini telah dilakukan tidak bisa dijadikan solusi untuk masalah itu. Disinilah konsep pendidikan secara Blended Learning dibutuhkan. Blended Learning memadukan pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka. Mari kita coba gambarkan beberapa skenario pembelajaran sekolah yang mungkin dilakukan. 

Di beberapa tempat mungkin anak-anak sudah bisa masuk sekolah untuk melakukan tatap muka, tapi dengan masih adanya pandemi, pertemuan tatap muka itu pasti terbatas. Sedangkan di tempat lain, pertemuan tatap muka di sekolah masih tidak bisa dilakukan, untuk itu para guru bisa melakukan pertemuan tatap muka virtual, baik itu dengan aplikasi video konferensi atau dengan menggunakan aplikasi chat berkelompok untuk membentuk kelas-kelas virtual. 

Namun, sekali lagi "tatap muka" virtual itupun terbatas. Dengan program pembelajaran Blended Learning keterbatasan pengalaman belajar siswa tadi dapat ditambah. Sebenarnya selama pandemi ini mungkin sebagian daerah di Indonesia telah melaksanakan Blended Learning. Pembelajaran lewat televisi (TVRI) bisa dikatakan sebagai pembelajaran daring jika pembelajaran tersebut dikombinasikan dengan pembelajaran tatap muka (melalui aplikasi video konferensi atau kelas virtual lainnya), program pembelajaran tersebut sudah menjadi Blended Learning. 

Akan tetapi, proporsi pembelajaran daring lewat televisi yang sangat terbatas membuat pembelajaran Blended Learning tersebut jauh dari kata sempurna, selain itu siswa juga tidak punya kuasa untuk memilih kapan dia belajar atau apa yang ingin dipelajari. Untuk bisa menyelesaikan permasalahan pendidikan pada masa pandemi ini, kita tidak bisa bergantung pada pemerintah pusat. Jika kita ingin menerapkan program Blended Learning untuk anak-anak kita, kerjasama antara guru dan orang tua yang justru bisa memiliki peran yang lebih besar. 

Misalnya, selain pembelajaran lewat televisi para guru bisa memberikan arahan pada siswanya untuk menonton video-video pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Video-video tersebut bisa dibuat oleh guru itu sendiri sebelumnya ataupun guru memberikan link video yang berasal dari internet. Bisa juga para guru hanya memberikan judul materinya saja, nanti siswa dibebaskan mencari videonya sendiri dari aplikasi-aplikasi yang ada di telepon genggam. 

Disinilah peran orang tua untuk memastikan pembelajaran daring yang berasal dari arahan guru tersebut bisa terlaksana. Jadi alih-alih guru memberikan tugas-tugas yang sangat banyak dalam bentuk mengerjakan soal, guru bisa memberikan tugas berupa menonton video-video pembelajaran. 

Dalam penugasan tersebut siswa diminta membuat ringkasan materi, dsb. Dengan begitu pengalaman belajar para siswapun bertambah tidak hanya dari pertemuan tatap muka (baik langsung atau lewat media lain) yang sangat terbatas. Bagaimana dengan pemerintah pusat? Peran pemerintah pusat bisa lebih ke arah supporting systemnya. 

Memastikan kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan seluruh perangkat sekolah. Membantu siswa-siswa yang memiliki kesulitan ekonomi dalam menghadapi pola pembelajaran baru, memberikan solusi agara akses internet guru dan siswa bisa terus berlangsung, dsb. Di sisi itulah kontribusi pemerintah pusat bisa lebih nyata. 

Terakhir sebagai penutup penulis berharap pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat memberikan solusi terbaik untuk siswa dan orang tua siswa yang sekolah pada tahun ini. Kesehatan dan keselamatan rakyat indonesia mestinya lebih dikedepankan dibandingkan dengan masalah ketuntasan kurikulum. Namun, bukan berarti pemerintah dapat meninggalkan kewajibannya untuk memberikan pendidikan kepada rakyatnnya. Mari kita semua berdoa agar pandemi ini cepat berakhir.  

[1] Watson J., Murin A. A History of K-12 Online and Blended Instruction in the United States. Handbook of Research on K-12 Online and Blended Learning. N.P., ETC Press Publ., 2014, pp. 1–24.

[2] Michael B. Horn and Heather Staker, Blended: Using Disruptive Innovation to Improve Schools (San Francisco: Jossey-Bass, 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun