Sejenak, mari kita periksa hati ini...
Apakah hati ini sudah benar benar hadir dalam setiap aktifitas ibadah Ramadhan kita?
Apakah hati ini hadir dalam shalat, tilawah, tahajjud, sedekah, dan amal amal kebaikan lainnya?
Hadir dalam arti: bahwa kita merasa sedang berada di bulan mulia dan istimewa; dimana setiap detiknya sangat berharga, dimana setiap amal kebaikan maupun keburukan berlipat ganda nilainya, yang sepantasnya kita penuhi dengan kegiatan yang mulia dan istimewa pula?
Apakah terbetik di hati kita bahwa setiap amalan yang kita lakukan adalah bagian dari penghambaan dan ketundukan kita kepada Allah?
Apakah saat berpuasa kita merasa sedang menjalankan perintah Allah, dan ketika meninggalkan hal yang terlarang semata mata karena memang itu dilarang oleh Allah?
Ya Allah, saya sendiri rasanya masih pontang panting menghadirkan hati ini...
Tapi tetap saja hal ini perlu untuk terus diusahakan.
Mengapa?
Sebab inilah inti dari niat, imaanan wahtisaaban, yang membebaskan hati dari jebakan rutinitas yang menjadikan amalan kita menjadi sesuatu yang serba otomatik, tanpa sentuhan rasa saat melaksanakannya.
Kita bisa puasa dengan niat supaya sehat, supaya kurus, diet teratur, dan keinginan lainnya.