Sejenak, mari kita periksa hati ini...
Apakah hati ini sudah benar benar hadir dalam setiap aktifitas ibadah Ramadhan kita?
Apakah hati ini hadir dalam shalat, tilawah, tahajjud, sedekah, dan amal amal kebaikan lainnya?
Hadir dalam arti: bahwa kita merasa sedang berada di bulan mulia dan istimewa; dimana setiap detiknya sangat berharga, dimana setiap amal kebaikan maupun keburukan berlipat ganda nilainya, yang sepantasnya kita penuhi dengan kegiatan yang mulia dan istimewa pula?
Apakah terbetik di hati kita bahwa setiap amalan yang kita lakukan adalah bagian dari penghambaan dan ketundukan kita kepada Allah?
Apakah saat berpuasa kita merasa sedang menjalankan perintah Allah, dan ketika meninggalkan hal yang terlarang semata mata karena memang itu dilarang oleh Allah?
Ya Allah, saya sendiri rasanya masih pontang panting menghadirkan hati ini...
Tapi tetap saja hal ini perlu untuk terus diusahakan.
Mengapa?
Sebab inilah inti dari niat, imaanan wahtisaaban, yang membebaskan hati dari jebakan rutinitas yang menjadikan amalan kita menjadi sesuatu yang serba otomatik, tanpa sentuhan rasa saat melaksanakannya.
Kita bisa puasa dengan niat supaya sehat, supaya kurus, diet teratur, dan keinginan lainnya.
Tanpa diniatkan sekalipun, insya Allah kita akan mendapatkan hal hal tersebut, sebab ia menjadi konsekuensi dan manfaat puasa.
Namun tanpa iman dan pengharapan kepada Allah, sangat dikhawatirkan puasa kita kehilangan arti dan makna.
Tanpa hadirnya hati, puasa kita hanya akan berakhir kepada lapar dan haus saja.
Kehadiran hati dalam ibadah puasa pada akhirnya menjadi lebih penting daripada menahan diri dari makan, minum, dan hal hal lain yang membatalkan.
Maka ketika shalat, puasa, tilawah Al Quran, berdzikir, hadirkanlah hati untuk selalu...
lillah (karena Allah)
billah (dengan pertolongan Allah)
fillah (di jalan Allah)
ma'allah (dan bersama Allah)
Ketika mengajar, bekerja, berdagang, bertugas di kantor, hadirkan hati untuk selalu...
lillah ...
billah ...
fillah ...
ma'allah...
Ketika diam, berbicara, tertawa, menangis, tersenyum
lillah ...
billah ...
fillah ...
ma'allah...
Ketika membaca, menulis, merenung, dan berfikir, hadirkanlah selalu...
lillah ...
billah ...
fillah ...
ma'allah...
Terus selalu seperti itu sehingga akal dan hati kita mengerti bahwa semua aktifitasnya karena Allah...
=========
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H