Mohon tunggu...
Umarulfaruq Abubakar
Umarulfaruq Abubakar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Saya menulis bukan karena saya pandai menulis, melainkan karena ada yang ingin saya sampaikan. Saya ingin memberi kepada bangsa ini dan berbagi dengan anak-anak negeri walau hanya dalam sebentuk tulisan. Hitung-hitung juga sebagai deposito amal untuk nanti setelah mati. Salam kenal buat semua. Kenalkan (sambil mengulurkan tangan): saya Umarulfaruq Abubakar, asal Modelomo-Boalemo-Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Prinsip Kerukunan dan Toleransi

20 Maret 2012   05:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:43 1361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13322205831483913031

"Janganlah salah satu di antara kamu sekalian ber-imma’ah (ikut-ikutan), yang jika orang lain baik maka engkau baik; dan jika mereka jelek maka engkau jelek pula. Akan tetapi hendaklah engkau tetap konsisten terhadap (keputusan) dirimu. Jika orang lain baik, maka engkau baik; dan jika mereka jelek, hendaklah engkau jauhi keburukan mereka" (HR. At-Tirmidzi) Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupannya. Hidup berdampingan dengan orang lain adalah sebuah kemestian dalam tatanan masyarakat manusia. Dalam tatanan itu, setiap orang mempunyai keunikan dan corak pemikiran masing-masing. Hal tersebut muncul karena pengaruh pendidikan dan pengalaman yang berbeda-beda pada setiap orang. Aneka keragaman yang menyatu dalam diri seseorang baik suku, bangsa, budaya, agama, didikan orang tua, bacaan, tontonan, sifat alamiyah dan lain sebagainya melahirkan pribadi-pribadi yang sama sekali tidak sama antara satu dengan yang lain. Adalah kemustahilan kita memaksa dan berharap agar setiap orang bisa mengikuti pikiran dan kemauan pribadi kita, namun sangatlah mungkin kita membawa diri untuk agar bisa bergaul dan berinteraksi dengan semua orang. Sangatlah sulit kita berharap agar setiap orang bisa memahami diri kita, namun sangatlah mungkin kita berusaha untuk mampu memahami orang lain. Tidak selamanya kita bisa berharap mendapatkan pemberian dari orang lain, namun sangatlah mungkin kita berusaha untuk terus banyak memberi kepada mereka. Hidup sosial Kita diberikan kemerdekaan untuk bergaul dengan siapapun. Kita bahkan disuruh untuk saling berkenalan satu sama lain.Sebab memang demikianlah hikmah penciptaan manusia yang terdiri dari bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Maka mewujudkan kehidupan rukun dan penuh toleransi sangatlah penting dan menjadi tanggungjawab setiap orang. Tanpa itu, keunikan dan potensi-potensi berbeda yang bertebaran dalam diri individu akan menjadi bumerang bagi lain. Perbedaan yang tidak terkelola akan menimbulkan kekacauan. [caption id="attachment_169780" align="alignright" width="350" caption="rukun dan toleran (sumber: http://ahmadnurcholish.files.wordpress.com)"][/caption] Kerukunan Beragama Diantara permasalahan yang mencuat di negeri kita sejak dulu dan kembali menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini adalah isu kerukunan beragama. Isu ini menjadi isu nasional bahkan menjadi pembahasan serius di gedung DPR. Lahirlah rancangan RUU kerukunan umat beragama yang mengatur kehidupan umat beragama di Indonesia. Sebagai muslim, di negeri ini kita hidup berdampingan dengan pemeluk agama kristen, hindu, budha, konghucu dan agama lain yang berbeda atau kepercayaan-kepercayan kuno yang bertentangan dengan apa yang kita yakini. Hati ini tidak menerima praktek-praktek kesyirikan di depan mata atau gaya hidup yang jauh dari nilai agama dan etika. Namun kenyataan itu harus kita hadapi. Menghadapi semua ini paling tidak ada dua prinsip yang perlu kita perhatikan: Prinsip Keadilan Dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Dzarr, Rasulullah Saw. bersabda bahwasanya Allah Swt berfirman: "Sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman pada diri-Ku dan aku haramkan hal itu pada kalian lakukan. Maka janganlah kalian saling menzalimi" Zalim adalah lawan dari adil . Kita dilarang melakukan kezaliman kepada orang lain siapapun dia dan dari golongan manapun. Kita mesti bergaul, menghargai dan memperlakukan orang lain dengan adil. Termasuk kepada orang yang berbeda agama dengan kita. “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (Al-Mumtahanah: 08) Maka menyakiti orang lain yang tidak berdosa, merusak tempat-tempat umum, menghancurkan fasilitas negara dan orang banyak tanpa alasan yang jelas dapat menjadi sebuah kezaliman kepada orang lain. Padahal kita diperintahkan untuk selalu bersikap adil.

*** Prinsip Kebenaran Adanya kewajiban untuk hidup rukun dan penuh toleransi tidak serta merta menjadikan kita mengorbankan kebenaran yang kita yakini. Sebagai muslim ada prinsi-prinsip yang perlu kita pegang dengan kuat kapan dan dimana pun. Legitimasi bahwa semua agama benar, semua agama sama, turut serta dalam ritual keagamaan lain, sangat bertentangan dengan nilai kebenaran dalam agama ini. Alasan toleransi, kerukunan, dan menjaga hati orang lain jangan sampai membuat kita ikut-ikutan dan turut serta dalam kemungkaran. Ada batas-batas yang perlu kita jaga dan tidak boleh dilanggar. Kita toleran dan hidup rukun tapi dengan tetap memperhatikan kebenaran untuk kita ikuti. Jauh-jauh Rasulullah sudah mengingatkan: "Janganlah salah satu di antara kamu sekalian ber-imma’ah (ikut-ikutan), yang jika orang lain baik maka engkau baik; dan jika mereka jelek maka engkau jelek pula. Akan tetapi hendaklah engkau tetap konsisten terhadap (keputusan) dirimu. Jika orang lain baik, maka engkau baik; dan jika mereka jelek, hendaklah engkau jauhi keburukan mereka"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun