Mohon tunggu...
Umarulfaruq Abubakar
Umarulfaruq Abubakar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Saya menulis bukan karena saya pandai menulis, melainkan karena ada yang ingin saya sampaikan. Saya ingin memberi kepada bangsa ini dan berbagi dengan anak-anak negeri walau hanya dalam sebentuk tulisan. Hitung-hitung juga sebagai deposito amal untuk nanti setelah mati. Salam kenal buat semua. Kenalkan (sambil mengulurkan tangan): saya Umarulfaruq Abubakar, asal Modelomo-Boalemo-Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Anda Pasti Lebih Pandai

29 Oktober 2011   08:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:19 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_140251" align="alignright" width="300" caption="plong dan bahagia dapat ilmu baru (http://1.bp.blogspot.com)"][/caption] Anda pasti lebih pandai... Saya yakin itu. Maka bicaralah, saya siap mendengarkan. Tulislah, saya siap membaca. Terimakasih sudah mau berbagi hasil bacaan anda, dan formulasi pengalaman hidup yang sudah anda temui. Saya yakin anda pasti lebih pintar dan lebih pandai dari apa yang saya kira. Ini sama sekali bukan basa basi. Saya menyampaikannya dengan tulus. Hati saya pun bahagia dan penuh suka cita. Plong rasanya... Tidak ada lagi rasa sesak di dada karena merasa hebat, paling tau, atau lebih baik dari orang lain. Perasaan seperti sungguh membakar amarah. Bawaannya iri saja melihat orang lain punya kemampuan lebih, punya kepandaian lebih, punya keahlian lebih, punya pengalaman lebih dari diri ini. Padahal memang iya. Memang jelas-jelas dia lebih tau dan berpengalaman. Untuk apa saya iri? Untuk apa pula saya merasa rendah diri? Lebih baik saya meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang anda sampaikan agar pengetahuan ini bisa sedikit bertambah. Lebih baik saya berusaha mencari buku yang terkait, bertanya kepada orang yang lebih tau, dan kembali memikirkan permasalahan yang ada. Itu jauh lebih baik, lebih produktif, lebih menggembirakan hati. Saya jadi teringat pesan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang tokoh sufi dari kalangan ulama hanbali. Beliau pernah berpesan: "Percayalah, orang lain itu selalu lebih baik darimu. Ketika bertemu anak kecil, percayalah ia jauh lebih baik darimu. Ia masih kecil, masih bersih dari noda, sementara engkau sudah banyak berbuat dosa. Ketika bertemu orang tua, percayalah ia lebih baik darimu. Ia sudah berpengalaman dan berbuat banyak dalam kehidupan. Sementara engkau masih miskin pengalaman dan dangkal pengetahuan. Ketika bertemu sesama muslim, percayalah dia lebih baik darimu. Ia sudah banyak melakukan ketaatan, sementara dirimu masih sering lalai dan alpa. Ketika bertemu orang yang banyak berbuat dosa, percayalah ia lebih baik darimu. Dosamu lebih banyak dari dia, hanya saja kamu tidak tau. Dia mungkin melakukannya karena bodoh, sementara engkau melakukan pelanggaran selama ini dengan penuh kesadaran. Kamu tau itu dosa, tapi masih saja kamu melakukannya. Ketika bertemu orang kafir, percayalah ia lebih baik darimu. Mungkin saja di akhir hidupnya, Allah akan memberikan hidayah untuknya sehingga ia berakhir dengan kematian yang baik. Sementara dirimu, sama sekali belum ada jaminan tentang bagaimana akhir hidupmu nanti" Dan memang begitulah keadaanya. Terimakasih Syekh Abdul Qadir atas nasehat yang sangat berharga ini. Jauh sebelum itu Khalifah Umar bin Khathab pernah memberikan contoh teladan. Saat menjabat sebagai kepala negara,ia pernah mengeluarkan keputusan untuk membatasi mahar perempuan.Langsung saja ia ditegur oleh seorang perempuan tua dengan berargumen sebuah ayat Al-Qur'an. Beliau insaf dan menarik kembali perkataannya. Sambil berujar, "semua orang lebih pandai daripada umar." Bagi para bisnismen dan calon pebisnis di enterpreneur university, keyakinan ini membuat mereka bersemangat memulai usaha dan membangun bisnis. Banyak kok orang yang lebih pintar bisa diajak kerja sama dan tempat berkonsultasi.. Jadi tidak ada jeleknya jadi orang bodoh. Yang penting siap untuk mendengarkan... Plong rasanya. Bicaralah kawanku, saya siap mendengarkan. Atau tulis masukanmu disini, saya siap menyimaknya dengan baik...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun