Sampai hari ini (23/7), sudah lebih dua minggu saya berada di Tilamuta, tumpah darahku yang tercinta. Tilamuta itu, kawanku, adalah sebuah kecamatan yang menjadi Ibukota Kabupaten Boalemo yang ada di Provinsi Gorontalo. Dari Gorontalo, jaraknya sekitar 80 km dan menempuh perjalanan yang berliku penuh tikungan selama kurang lebih tiga jam.
Dari kota, begitu biasa kami menyebut Kota Gorontalo dan sekitarnya, sampai ke Tilamuta, yang tampak hanyalah alam yang hijau saja dengan deretan rumah-rumah penduduk yang tertata rapi dan indah. Penataan yang rapi dan indah ini sudah terlihat dengan jelas sejak di atas pesawat ketika ia terbang rendah dan siap-siap untuk mendarat.
Hijaunya alam selalu menjadi hal yang paling mengesankan dalam perjalanan panjang yang ini. Ada kesejukan tak terperikan yang terasa; sejuk dalam pandangan mata, sejuk di alam jiwa. Lebih-lebih ketika ada sisa-sisa hujan yang menggantung laksana mutiara  bening di pucuk dedaunan. Sawah menghijau yang terbentang semakin menambah semarak suasana. Saat perjalanan di Subuh hari, kesejukan ini disempurnakan oleh desah angin yang masuk melalui jendela mobil. Dalam keadaan seperti ini, tak puas-puasnya saya memandang ke luar jendela sambil membiarkan wajah ini disapu oleh dinginnya udara.
Bila Anda ingin menikmati suasana yang riuh dan gegap gempita, maka bukan di Tilamuta tempatnya. Sebab di sini masih diliputi oleh kesederhanaan alami, masih bergeliat menata kota, dan usaha untuk bergerak maju. Kisah Tilamuta adalah rangkaian kisah alam yang asri, kisah kekeluargaan yang sangat kental, kisah semangat membangun daerah, kisah maju bersama, dan kisah adat budaya yang masih terjaga.
***
Sepertinya saya sudah cukup lama meninggalkan negeri ini sejak 2003 yang silam. Ada yang aneh ketika saya mencicipi makanan. Lidah saya sudah berubah; saya kepedasan makan makanan yang ada. Ibu, adik-adik, dan keluarga tersenyum melihat saya kepedasan. Padahal semua biasa-biasa saja. Saya tidak kuat lagi makan yang pedas, padahal dulu saya yang paling doyan sambal dan dabu-dabu. Kini saya kembali belajar menikmati kembali makanan-makanan yang nikmat dengan citarasa yang tak terbayang kelezatannya itu.
Di tanah tumpah darahku ini juga, kawanku, saya menikmati curahan hujan deras; suatu hal yang jarang saya dapatkan di Kairo. Boalemo sering diguyur hujan. Setelah banjir bandang tanggal 28 juli yang lalu, warga Tilamuta selalu bersiap sedia hadapi kemungkinan banjir jilid dua ketika hujan mulai deras. Beberapa hari yang lalu air sungai botudalaa sudah naik.. untung hujan bisa reda sejenak sebelum semuanya terjadi...
Di kairo, hujan lebih dua hari, walaupun hanya rintik-rintik, orang-orang udah cemas sampai qunut nazilah di mesjid. di sini, hujan berhari-hari dengan deras orang-orang biasa saja... hanya satu harapan: tolong jangan sampai banjir, Tuhan :-)
***
Alangkah senangnya hati saya bertemu dengan keluarga dan masyarakat yang ada di sini. Saya bisa jumpa dengan guru-guru saya di SD dulu, di SMP, di MTS, di Aliyah, dan di Pondok Pesantren. Beberapa guru dan orang tua, kawan dari ayah dan ibu saya, bahkan memeluk dan mencium saya layaknya anak kecil. Saya kadang jadi malu juga diperlakukan begitu. Tapi saya sadari bahwa itu ungkapan dari rasa sayang mereka.
Saya sudah sempat silaturrahmi juga dengan Bapak Bupati Boalemo, H. Iwan Bokings, beberapa anggota DPRD, dan beberapa orang pemerintah yang ada di sini. Waktu di Jakarta, tanggal 5/7/2011, saya sempat ikut silaturrahmi dan ramah tamah warga boalemo yang dihadiri oleh pak Iwan (Bupati Boalemo), Ibu Kasma Bouty (Istri Bupati, anggota DPR-RI dari partai demokrat), Pak Hardi (Ketua DPRD Boalemo), beberapa kepala dinas, tujuh camat, dan delapan puluh tiga kepala desa. Ketika tiba di Gorontalo, baru saja keluar dari Bandara Jalaludin Gorontalo, sudah ada permintaan mengisi ceramah takziah dan majlis ta'lim di kalangan Pemda Boalemo.
Saya memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah Boalemo Bertasbih yang sangat memperhatikan kepentingan rakyat miskin, dan melakukan transparansi anggaran. Gaji dan semua tunjangan kepala dinas kabupaten dipampang jelas di alun-alun kota Tilamuta, lengkap dengan pengeluarannya. Rakyat jadi tau, dan para pejabat ini sulit untuk korupsi.
Saya juga melihat semakin tingginya kesadaran beragama di daerah ini. Anak sekolah, sejak SD sampai kuliah, banyak yang sudah menggunakan jilbab dan baju panjang. Begitu juga di masyarakat. Pembinaan majlis taklim semakin banyak, sejak tingkat SMP, SMA, Mahasiswa, Ibu-Ibu, Dinas Pemerintah, dan lain sebagainya..
Tilamuta menyimpan banyak cerita..
Saya sangat berharap bisa turut serta dan dapat berbuat sesuatu dalam usaha membangun daerah yang saya cintai ini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI