Mohon tunggu...
Kakek Metal
Kakek Metal Mohon Tunggu... -

Lahir sebelum Indonesia merdeka, ndak mati-mati, sialnya belum pikun.. mata sudah rabun, dibeliken laptop sama cicit, diajari buka Internet, dan dibikinken Kompasiana.. katanya biar ndak kesepian. beginilah jadinya.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Favoritisme, Saling Iri Antarkompasianer

21 November 2011   08:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:23 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Macem macemlah Kompasiner yang kakek perhatiken. Dimana ada kompasianer yang suka menulis dengan kalbu yang mana membuat kakek merasa terharu. Dimana ada lagi kompasianer yang senang menulis dengan otak, yang mana yang demikian ini membuat benak kakek menjadi bergejolak. Hal mana semua ini membuat kakek bahagia, dimana kakek jadi lupa bilamananya usia sudah tua bangka.

Cuma ada yang kakek sedihken, yang mana ada kompasianer suka iri irian and ribut ributan. Hal apa yang menjadiken semua ini, tak lain gara gara ada perlombaan pavorit pavoritan di Kompasiana. Yang mana bahkan sampai ada cucu kakek yang kesurupan pavorit. Dimana pagi siang sore malam cuma bicara pavorit. Menyanyi terdengar lagu pavorit, tertawa membahak pavorit, bahkan kentutpun terdesis pavoritsss .

Ndak taulah kenapa cucu kakek jadi kesurupan pavorit seperti ini. Yang mana yang mendapetken hadiah pavorit bilamananya di centil ngamuknya bukan kepalang. Dimana gelas dan piring pada dibanting, hal mana seluruh dunia dikira iri sekaligus miring . Sama halnya dengan yang kurang beruntung tidak mendapat gelar pavorit. Kritiknya bukan kepalang, serangannya terdengar garang, suaranya terpekik lantang. Dimana kakek sadari, bahwa semua ini tujuannya cuma ingin dipuji. Agar hidung jadi melebar segede jempol kaki, yang mana ingus jadi keluar masuk seperti yoyo, biar terdengar  sroop..sroop ..sroop ..begitulah bunyinya.

Tapi sudahlah kakek yang tua bangka ini harus mawas diri. Dimana ini hanyalah sekedar dunia maya, bilamananya kakek marah, yang tersemprot adalah wajah kakek sendiri. Bilamananya kakek membenci, yang terluka adalah hati kakek sendiri. Bilamananya kakek mengiri, yang paling dengki adalah diri kakek sendiri. Bilamananya kakek mencinta, kekasih kakek adalah bayangan nenek sendiri. Bilamananya kakek berbangga, yang tambah besar cuma lubang hidung kakek sendiri. Bilamananya kakek tertawa, yang paling lucu adalah gigi kakek sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun