Mohon tunggu...
Kak Cimot
Kak Cimot Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karyawan, penyuka fiksi, dan travelling.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Monolog Kata

8 Agustus 2012   03:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:06 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_198787" align="aligncenter" width="300" caption="Bintang di Puncak Papandayan (Foto By Niken Andriani)"][/caption] WAKTU tak pernah aku bisa menghentikan waktu walau sejenak detik perdetik selalu gamang yang tak kusuka dan waktu, tak kan berlalu sampai terputus denganku kala akhirat mengurai sejarah seorang demi seorang mengerikan sekali PESONA tak bisa kubedakan sahih tiap pesona ketika yang kusuka kutasbihkan sampai meluap nanti kebosanan karena bukan yang dicari dan aku membusuk karenanya apa yang memesona tak sejatinya kesenangan setelah mencampakkan diri "terlalu bodoh kau membuat nyaman diri, tapi menghancurkan hati!" lalu di mana ingin dan jangan menempatkan diri? SENJA soal senja, selalu kubayang indah mentari tenggelam; megah emas kekuningan horison pantai berkilat membias cahaya sampai aku enggan meninggalkannya lalu yang lebih indah, Dia memanggil senjaku besok, masih tetapkah begini? dalam derai luka aku ingin pulang dalam dekap sayang, senyum manis, dan selarik doa orang-orang tercinta BINTANG merona putih dalam bias suci benderang gemintang selalu kusuka berdiri, duduk, berbaring... lelap dalam bintang, gemuruh suara Tuhan yang kudengar aku mengangkasa menjadi tiada di sini DAN dan... mengapa selalu menyambung kata sementara ketetapan telah final "Hei, itu aturan. Kenapa kau tambah-tambah?" aku pembangkang yang tak baik JEJAK ah, jangan suruh aku mengingat jejak apalagi mencarinya malu sekali, meski tetap saja jejak itu berdarah-darah hingga kini dan sampai kapan? (jangan tertawa, ini serius!) CAHAYA aku selalu optimis dengan kata ini meski cahaya inginku berlari aku hanya tertatih ampuni hamba HARAPAN menakjubkan harapan selalu membuataku suka dalam luka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun