Mohon tunggu...
I Wayan Alit Sudarsana
I Wayan Alit Sudarsana Mohon Tunggu... -

Hanya seorang anak Indonesia yang sedang berkelana di dunia nyata dan maya!!!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tak Ada Film Asli, Bajakan pun Jadi

24 Februari 2011   06:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:19 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tak berhenti di masalah politik, ternyata masalah-masalah lain semakin berdatangan dan semakin memeriahkan panggung kehidupan di Indonesia. Mulai dari Mafioso pajak, persepakbolaan yang kacau balau, penyerangan terhadap kelompok-kelompok agama, sampai pada masalah film import yang bakalan tidak tayang lagi di Indonesia.

Sungguh sayang seribu sayang, ketika banyak warga Negara kita yang bosan dengan masalah politik, SARA, ekonomi dan mencoba menghibur diri dengan menonton bola ataupun menonton film di bioskop ternyata juga tidak akan dapat penghiburan diri tersebut secara utuh. Pasalnya euphoria bola di tanah air lagi diguncangkan oleh masalah induk organisasi sepakbola tanah air yang bergoyang. Mulai dari pimpinannya sampai liganya, semua bermasalah.

Masalah tidak akan adanya lagi film asing yang beredar di seluruh bioskop tanah air juga merupakan sebuah masalah baru, dan saya pikir perlu untuk dipikirkan bersama-sama. Disini saya tidak akan memperbincangkan latar belakang berhentinya MPA mengedarkan film asing di Indonesia, karena saya pikir sudah banyak yang memikirkannya. Namun yang saya coba sampaikan disini adalah apakah yang terjadi bila hal ini terus berlangsung.

Setidaknya ada 3 aftermath effects yang akan dihadapi bangsa ini bila hal ini terus berlangsung, yaitu sebagai berikut:

a.Bangkrutnya industri bioskop tanah air

Film asing merupakan daya tarik terbesar yang dapat mendatangkan penonton ke bioskop. Hal ini dikarenakan (dan memang harus diakui) kualitas film produksi dalam negeri yang masih dibawah film-film asing (walaupun ada beberapa film nasional yang kualitas bagus). Dengan berkurangnya jumlah penonton yang datang ke bioskop jelas akan membuat owner menjadi pusing. Dan mulailah serentetan hal buruk terjadi, mulai dari pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan, pemotongan gaji, bahkan sampai ditutupnya bioskop atau dengan kata lain di PHK-nya semua karyawan.

Sekira 10 ribu karyawan salah satu bioskop di tanah air saat ini sedang tergantung nasibnya karena masalah ini. Belum lagi karyawan dari bioskop lain ditanah air yang juga memiliki nasib yang sama. Kalau misalnya saja sebagian dari mereka ter-PHK gara-gara masalah ini. Apakah pemerintah sanggup akan memberikan mereka pekerjaan yang baru? Melihat kenyataan di lapangan, tampaknya Anda sudah tahu jawabanya.

b.Makin maraknya film asing bajakan

Sebenarnya sekarang masyarakat Indonesia sudah mulai agar mengerti tentang apa itu HAK CIPTA. Kita mulai belajar untuk menghormati hak cipta orang lain. Ya salah satunya dengan cara tidak membeli film asing bajakan. Namun, dengan keadaan seperti ini, rasanya apa yang digencarkan pemerintah untuk tidak membeli film asing bajakan akan menjadi sia-sia.

Sekarang masyarakat berpikir bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain, selain membeli film asing bajakan. Disini saya tidak bermaksud mengatakan kalau masyarakat Indonesia memiliki budaya membajak. Tapi inilah kenyataannya. Karena sesuai dengan program pemerintah yang lain, masyarakat harus mengikuti perkembangan perfilman lain, sehingga nantinya kita dapat saling belajar dengan film-film di Negara lain. Jadi ya, membuat masyarakat serba salah.

c.Kurang berkembangnya perfilman nasional

Saat ini, film nasional kita sedang dibanjiri dengan horror yang berbau seks. Hal ini mungkin sudah diketahui semua sineas di Indonesia. Mulai dari pocong jogging, pocong mancing, dan masih banyak judul-judul yang tak kalah sensasional laiinnya. Dulu, setidaknya ada variasi genre bagi penonton dalam memiliki film yang akan mereka tonton. Namun sekarang hal tersebut akan sulit terwujud dan tentunya akan membuat penonton lekas bosan.

Selain itu, rasanya perfilman nasional kita akan lebih sulit keluar dari lingkaran setan tersebut, karena sudah merasa tidak ada saingan. Hal ini lah yang sangat tidak diharapkan, karena bangkitnya perfilman nasional dengan film-film bermutu sudah dari dulu ditunggu para sineas di tanah air.

Memang, dari ketiga kemungkinan akibat yang saya kemukakan diatas masih memiliki lanjutannya. Namun, itulah hal mendasar yang akan kita hadapi bila hal ini terus berlanjut. Tanpa sedikitpun ada niat jahat, saya sebagai pencinta film (baik nasional, maupun asing) sangat berharap hal ini dapat segera diatasi pemerintah. Karena bagaimanapun juga, pemerintah tetap memiliki tanggung jawab yang besar untuk dapat mengatasi masalah ini dan membuat para sineas tanah air tersenyum kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun