[caption id="attachment_293586" align="alignnone" width="225" caption="Keadaan terkini hutan bakau disalah satu sudut kota Denpasar"][/caption] Adalah sebuah kesenangan bila mata ini disuguhi hal hal yang memiliki daya eksostis. Khususnya pemandangan alam. Pemandangan yang indah membuat penikmatnya terhipnotis dan betah berlama-lama menikmatinya. Bahkan ada pula orang yang dengan sengaja lancong ke pulau seberang - bahkan ke negeri orang- hanya sekadar untuk melihat pemandangan alam yang memukau. Negeri ini juga salah satu bangsa yang beruntung karena dianugerahi pemandangan alam yang luar biasa. Khususnya pulau Bali. Salah satu pulau yang namanya sudah kesohor keseluruh sudut dunia. Sekian ribu orang datang ke Bali karena pemandangan alamnya yang memukau dan kebudayaannya yang luarbiasa. Namun, apakah hal ini dapat bertahan lama? Merupakan sebuah kenyataan, sekarang ini kondisi Bali tak lagi sebaik 20 tahun yang lalu. Dahulu dari langit Bali terlihat sangat hijau, sebuah warna yang menggambarkan kesejukan, sebuah tempat yang menjanjikan dan menyuguhkan ketenangan jasmani dan rohani. Namun sekarang, keadaan tersebut sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh apa yang disebut kebanyakan orang sebagai sebuah kemajuan. Mulai banyak tanah-tanah yang dulunya hijau dan produktif dialih-fungsikan menjadi mini market, tempat hiburan, perumahan dan lain sebagainya. Kalu dianalisa secara realistis mungkin akan banyak ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan masalah ini. Namun pada hakikatnya ada dua, yaitu masalah sensitivitas pemerintah dan kesadaran masyarakat. Pemerintah Bali saat ini rasanya kurang sensitif dengan masalah kekinian Bali, misalnya saja dalam penanggulangan penyakit rabies. Bangkai anjing yang disuntik mati dinas terkait bukannya dikubur atau di bakar, malah dibiarkan begitu saja bahkan ada yang membuangnya ke hutan bakau, ke sungai dan got. Hal ini jelas tidak menyelesaikan masalah, namun menambah masalah. Kedua tentang kesadaran masyarakat Bali. Masih banyaknya masyarakat yang kurang mengerti tentang pentingnya kelestarian alam, walaupun sudah sangat sering disosialisasikan dalam penjabaran Tri Hita Karana. Hal ini dibuktikan  dengan masih banyaknya warga yang membuang sampah sembarangan (seperti yang ditunjukkan oleh gambar diatas), ketaksadaran ini membuat Denpasar tahun-tahun belakangan ini sudah mulai rajin berlangganan banjir. Merinci uraian diatas, Alam merupakan aset terpenting bagi negeri ini khususnya bagi Bali dan penghuninya. JIka perusakan alam ini terus dibiarkan dan tidak dipikirkan mulai sekarang, akan kah masih ada orang yang akan melancong ke Bali?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H