Mohon tunggu...
Rifka Agri Setyawan
Rifka Agri Setyawan Mohon Tunggu... -

Saya introvert.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Laporan Kuliah Kejar Liburan (KKL)

8 Maret 2015   19:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:58 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 18 Januari 2015 yang lalu saya dan teman – teman jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP), Universitas Diponegoro angkatan 2012 telah melakasanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kegiatan KKL kami kemarin melakukan kunjungan-kunjungan ke beberapa tempat dan instansi terkait dengan jurusan kami diantaranya ke Bank Indonesia Surabaya, BAPPEDA Kota Denpasar, dan yang terakhir mengunjungi usaha kain tenun di Desa Sukarara, Lombok. Walaupun demikian kebanyakan mahasiwa lebih menganggap kegiatan ini sebagai liburan maka tidak heran di kalangan mahasiswa kegiatan KKL lebih dikenal dengan sebutan Kuliah Kejar Liburan.

Bagaimanapun dalam seminggu perjalanan KKL, saya telah menerima banyak pengalaman baik pengalaman liburan ke pulau Gili Trawangan, pengalaman edukasi kebanksentralan di Bank Indonesia, pengalaman berlayar, dan banyak pengalaman lainnya. Maka dari itu tujuan laporan KKL ini saya buat untuk melaporkan hasil kegiatan Kuliah Kerja Lapangan yang telah saya jalani, sekaligus agar dapat berbagi pengalaman kepada orang lain.

Kunjungan ke Surabaya

Perjalanan kami mulai pada pukul 19:30WIB. Kami melewati jalur Pantura untuk menuju pemberhentian pertama kegiatan KKL kami yaitu Kota Surabaya, dan kami sampai di Mesuem Kesehatan, Jln. Indrapura, pada pukul 03:00WIB.

[caption id="attachment_372012" align="aligncenter" width="448" caption="Museum Kesehatan Surabaya (dok.Pribadi)"][/caption]

Sebelum bus kami merapat ke Museum kesehatan Surabaya, sempat bus yang kami tumpangi melewati Pasar Turi dan Stasiun Kereta Turi, dengan keadaanya yang lenggang, sepanjang jalan pun jarang kami temui kendaraan bermotor berlalu-lalang. Kesan pertama saya sendiri terhadap Kota Surabaya adalah ternyata untuk ukuran sebuah kota, Kota Surabya sendiri masih bisa ‘tidur’ artinya ketika malam hari pun Kota Surabaya bisa sepi aktivitas, jalanan pun terasa lenggang.

Setelah beristirahat dan sarapan pagi, kami melakukan kunjungan pertama kami yakni ke Bank Indonesia yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Museum Kesehatan Surabaya. Bank Indonesia cabang Surabaya ini sendiri berdekatan dengan Tugu Pahlawan di Jln. Bubutan.

[caption id="attachment_372013" align="aligncenter" width="448" caption="Tugu Pahlawan Surabaya tampak dari Gedung Bank Indonesia (dok.Pribadi)"]

14258157142083162150
14258157142083162150
[/caption]

Bank Indonesia sendiri telah memberikan beberapa informasi penting terkait kebanksentralan diantaranya:

- Tujuan Bank Indonesia yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai tukar

- Perluasan akses transaksi non-tunai

- Bank Indonesia mempunayi 44 Kantor Perwakilan Dalam Negeri yang tersebar di seluruh provinsi di indonesia

Perjalanan ke Pulau Bali

Setelah selesai melakukan kunjungan di Bank Indonesia cabang Surabaya, pada siang hari kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Penyeberangan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, untuk melakukan penyeberangan menuju ke Pulau Bali.

Dalam perjalanan menuju pelabuahan, sekitar ba’da Maghrib tak lupa kami melewati Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton di Kabupaten Probolinggo, sebagi informasi PLTU Paiton ini telah menyuplai kebutuhan listrik Pulau Jawa dan Pulau Bali, maka tidak heran bentuk dari PLTU Paiton ini bisa dibilang raksasa, dan satu lagi tentang PLTU Paiton, jika kita melewatinya ketika hari sudah petang maka akan kita dapati PLTU Paiton ini terlihat lebih indah dengan gemerlap lampu-lampu di sekita PLTU ini.

Pada dini hari waktu Pelabuhan Ketapang, rombongan kami telah sampai di pelabuhan dan mengantri untuk dapat masuk ke kapal feri atau kapal penyeberangan.

[caption id="attachment_372014" align="aligncenter" width="448" caption="Suasana Pelabuhan Ketapang dini hari (dok.Pribadi)"]

1425815791963640103
1425815791963640103
[/caption]

Sambil membunuh waktu saya sempatkan berjalan-jalan ke deck tempat parkir kendaraan, di sana saya bertemu dengan teknisi mesin dari kapal feri ini. Keramahanya membuat waktu tidak terasa berlalu cepat, kami banyak cerita banyak hal, lewat ceritanya saya jadi banyak tahu serba-serbi pelabuhan, kapal feri dan pengalamannya sebagai teknisi mesin kapal, sampai akhirnya saya harus mengucapkan terima kasih atas waktunya dan berpamitan dengan si teknisi mesin karena ternyata saya sudah sampai di Pelabuhan Gilimanuk.

Kunjungan di Pulau Bali

Hari pertama di Pulau Bali, 20 januari 2015 kami langsung disambut dengan guyur hujan yang cukup deras hingga pukul 7:00WITA. Saya pikir di Pulau Bali lebih banyak orang berdoa agar cuaca cerah, sehingga kunjungan kami ke Tanjung Benoa, dan Pantai Pandawa tidak mengecewakan, maksudnya cuaca begitu cerah untuk menikmati pantai.

[caption id="attachment_372015" align="aligncenter" width="448" caption="Pintu masuk Tol Bali Mandara (dok.Pribadi)"]

1425815829628380040
1425815829628380040
[/caption]

Tanjung Benoa sendiri sudah cukup terkenal sebagai destinasi wisata di Pulau Bali, disana kita dapat membeli jasa angkutan ke Pulau Penyu, tapi karena ini sudah kedua kalinya saya ke Tanjung Benoa maka dari itu saya hanya duduk-duduk sambil menunggu jam makan siang tiba.

Setelah puas di Tanjung Benoa kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pandawa. Pantai Pandawa ini adalah destinasi wisata yang baru lahir sehingga mungkin belum banyak orang mengenalnya. Akan tetapi Pantai Pandawa ini sendiri sangat saya rekomendasikan sebagai destinasi wisata jika akan berkunjung ke Pulau Bali. Saya juga salut dengan pemerintah setempat, rasanya pemerintah disana benar-benar serius dalam membangun

suatu daerah wisata, lihat saja sebelum sampai di pantai kita akan melihat pahatan raksasa dari tokoh wayang Pandawa, di pantainya pun terlihat bahwa infratrukturnya telah dibuat agar pengunjung merasa nyaman.

[caption id="attachment_372016" align="aligncenter" width="336" caption="Patung Bima di kawasan Pantai Pandawa (dok.Pribadi)"]

1425815860431563958
1425815860431563958
[/caption]

[caption id="attachment_372017" align="aligncenter" width="448" caption="Pantai Pandawa (dok.Pribadi)"]

14258159031554589381
14258159031554589381
[/caption]

[caption id="attachment_372018" align="aligncenter" width="448" caption="Pantai Pandawa (dok.Pribadi)"]

1425815937824697386
1425815937824697386
[/caption]

[caption id="attachment_372019" align="aligncenter" width="448" caption="Pantai Pandawa (dok.Pribadi)"]

1425815970821804926
1425815970821804926
[/caption]

Sebelum hari itu berakhir, rombongan kami melakukan kunjungan ke pusat oleh-oleh Krisna untuk membeli oleh-oleh, dan ketika matahari sudah terbenam kami sudah istirahat di Hotel Losari, Jln. Sunset Road.

Pada 21 Januari 2015, sekitar 05:00 WITA saya putuskan untuk jalan-jalan ke Jalan Legian dan Pantai Kuta yang jaraknya kira-kira 30 menit dari hotel tempat kami menginap. Satu hal kesan saya terhadap Jalan Legian, jikapun kita hanya memiliki uang yang hanya cukup untuk membeli sekaleng coke itu tidak akan menghalangi rasa senang kita untuk menyusuri Jalan Legian, menyusuri Jalan Legian seperti berkunjung ke tempat dengan nuansa internasional namun tetap berlokasi di Indonesia. Tidak lupa saya mengunjungi Bali Ground Zero, untuk melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta kita hanya perlu menyusuri Jln. Popies II yang tidak jauh dari Ground Zero. Namun sangat disayangkan ketika sampai di Pantai Kuta, bahwa kami menemukan banyak sampah disekitar pantai, sangat disayangkan destinasi wisata paling dikenal ini dipenuhi sampah. Sebenernya ini bukan hanya soal tugas pemerintah tapi juga menjadi kesadaran pengunjung pantai untuk tidak membuang sampah sembarangan.

[caption id="attachment_372021" align="aligncenter" width="448" caption="Jln. Patih Jelantik (dok.Pribadi)"]

14258160721251663595
14258160721251663595
[/caption]

[caption id="attachment_372020" align="aligncenter" width="336" caption="Bali Ground Zero (dok.Pribadi)"]

14258160082005479565
14258160082005479565
[/caption]

[caption id="attachment_372023" align="aligncenter" width="448" caption="Jln. Legian (dok.Pribadi)"]

14258161661156566065
14258161661156566065
[/caption]

[caption id="attachment_372022" align="aligncenter" width="448" caption="Jln. Popies II (dok.Pribadi)"]

14258161221725562194
14258161221725562194
[/caption]

Dihari yang sama kami mengunjungi BAPPEDA Kota Denpasar. Di kantor BAPPEDA Kota Denpasar ini kami benyak berdiskusi dengan pihak BAPPEDA tentang kebijakan publik di sekitar Kota Denpasar, diantaranya:

- Visi Kota Denpasar “Denpasar Kreatif Berwawasan Budaya Dalam Keseimbangan Menuju Keharmonisan”

- Pengembenagan daerah dengan memanfaatakan kearifan lokal yang ada

- Spesialisasi Pulau Bali dengan pariwisatanya

Diskusi pun berakhir ketika jam menunjukkan pukul 12:00WITA. Rombongan KKL IESP UNDIP 2012 melanjutkan perjalanan ke Pulau Lombok.

Perjalanan ke Pulau Lombok

Sama halnya ketika akan menyeberang ke Pulau Bali, kita harus mengantri di Pelabuhan Padang Bai untuk dapat menyeberang ke Pulau Lombok. Perjalanan laut selama 5 jam kami lewati mulai pukul 14:00WITA dan sampai di Pelabuhan Lembar di Lombok sekitar jam 19:00WITA. Sama persis yang dikatakan teknisi mesin yang saya temui sebelumnya bahwa berhenti dan bergeraknya kapal ternyata tergantung dengan aba-aba pelabuhan, saat itu kami pun harus menunggu 1 kapal feri berlabuh dan 1 kapal feri untuk berlayar.

[caption id="attachment_372024" align="aligncenter" width="448" caption="Selat Lombok (dok.Pribadi)"]

1425816224288631360
1425816224288631360
[/caption]

Perjalanan di Pulau Lombok

Pada 08:00WITA 22 Januari 2015 setalah cukup beristirahat di Hotel Lombok Garden, Jln. Tuan Guru Faisal, kami segera melakukan perjalanan ke Pantai Senggigi dan Pulau Gili Trawangan. Berbeda dengan kota- kota lainnya Lombok adalah kota dengan nuansa ‘kalem’ maksudnya walalupun disebut kota, namun penduduk disini tidaklah terlalu banyak jika dibanding kota – kota yang pernah saya kunjungi. Nuansa ‘kalem’ inipun masuk ke Pantai Senggigi, pemandangan pasir putih dan air pantai yang bening rasanya tidak rusak dengan terlalu banyaknya wisatwan yang berkunjung.

Pun demikian dengan Pulau Gili Trawangan, walaupun dipenuhi dengan wisatawan di bagian timur pulau, namun kita tetap akan dapat menemukan

ketenangan di sisi lain pulau. Di Pulau Gili Trawangan ini saya menemukan konsep kesenangan yang sama dengan di Jalan Legian yakni tetap bisa bersenang-senang walaupun hanya jalan-jalan di tepi pantai. Konsep tatanan tempatnya pun hampir sama, yakni menggabungkan nuansa pantai dengan pusat hiburan, jadi jika hanya berjalan-jalan sambil menikmati sekaleng coke pun tidak akan merasa rugi. Di Pulau Gili Trawangan waktu terasa cepat berlalu, di sore harinya kami kembali menuju ke hotel.

[caption id="attachment_372025" align="aligncenter" width="448" caption="Suasana tenang di sisi lain Pulau gili Trawangan (dok.Pribadi)"]

1425816271687752684
1425816271687752684
[/caption]

[caption id="attachment_372026" align="aligncenter" width="448" caption="Suasana tenang di sisi lain Pulau gili Trawangan (dok.Pribadi)"]

14258162961714497504
14258162961714497504
[/caption]

[caption id="attachment_372027" align="aligncenter" width="448" caption="Suasana tenang di sisi lain Pulau gili Trawangan (dok.Pribadi)"]

14258163172115272328
14258163172115272328
[/caption]

Pada 23 Januari 2015 kami check-outdari hotel dan bersiap kembali ke Pulau Jawa, tetapi sebelum itu kami sempatkan kunjungan ke Desa Sukarara tempat dimana tradisi tenun menenun kain masih dilakukan sampai saat ini. Sesampainya di lokasi sudah kami lihat 3 ibu-ibu sedang menenun kain khas Lombok itu. Namun saya tidak berhasil membeli oleh-oleh disini karena uang jajan saya tidak cukup untuk membeli, saya pikir ini karena produksi yang membutuhkan keahlian khusus, produksi yang memakan waktu lama mungkin membuat kain tenun khas Lombok ini relative lebih mahal mennurut saya.

[caption id="attachment_372028" align="aligncenter" width="448" caption="Suasana di Desa Sukarara, Lombok (dok.Pribadi)"]

14258163971332479378
14258163971332479378
[/caption]

Itulah destinasi terkahir rombongan KKL IESP UNDIP 2012, dari Desa Sukarara itu jugalah awal perjalan pulang kami kembali ke Pulau Jawa dimulai.

[caption id="attachment_372029" align="aligncenter" width="448" caption="Vanilla Sky (dok.Pribadi)"]

14258164221988220009
14258164221988220009
[/caption]

Demikianlah laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dibuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Saya mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan dukungan Ketua Jurusan, teman-teman panitia dan teman-teman angkatan, sehingga Kuliah Kerja Lapangan ini dapat terlaksana dengan baik. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis angkatan 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun