Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan Kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan Sebuah catatan kebanggaan di lembah sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan Wahai kalian yang turun ke jalan Demi mempersembahkan jiwa dan raga Untuk negri tercinta
(Lagu Totalitas Perjuangan)
Sedih rasanya melihat keadaan bangsa ini yang semakin hari semakin tak kunjung selesai.Mulai dari permasalahan elit politiknya, konflik dimana-mana, kemiskinan, kesehatan dan lain sebagainya.Tentu saja semua pihak menginginkan perbaikan dalam hal ini, terlebih lagi mahasiswa yang mungkin teman-teman saksikan menjadi garda terdepan dalam menyuarakan perbaikan bagi bangsa ini.Mahasiswa ini terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia intelektual yang kritis mengamati keadaan bangsa ini.Tentu saja seruan mahasiswa untuk melakukan reformasi pada tahun 1998 tak akan pernah dilupakan hingga saat ini.Tak kurang ribuan mahasiswa dengan satu tujuan menyuarakan perbaikan pada saat itu.
Hingga saat ini mahasiswa terus mengawal pemerintah dengan melakukan berbagai macam kajian dan tentunya sesuai dengan bidang keilmuwannya masing-masing.Misalnya saja pada saat pengesahan BPJS, mahasiswa terus mengawal keberadaaan undang-undang ini hingga detik-detik pengesahan.Sungguh luar biasa yang dilakukan mahasiswa demi bangsa ini.Coba bayangkan, ketika ada sebagian masyarakat yang memang membutuhkan, maka acara bakti sosial atau semacam desa binaan dilakukan oleh mahasiswa.Tentu saja banyak kegiatan yang dilakukan di tempat itu bukan hanya dari masalah keuangan mungkin bahkan ilmu dan lain-lain.Mahasiswa pun tak mengharapkan balasan dari masyarakat yang telah di tolongnya, yang terpenting dari mahasiswa adalah bagaimana mereka bisa mengabdikan ilmunya kepada orang lain.
Pengalaman saya ketika mengikuti bakti sosial merupakan pengalaman penting bagi saya.Tentu saja pada sat itu saya begitu bangga dan sangat senang bisa membantu orang lain.Jika melihat pengorbanan yang dilakukan bersama teman-teman sungguh sangat luar bisa.Itulah mungkin yang bisa mahasiswa berikan sebagai bentuk pengabdiannya.Lalu yang menjadi pertanyaan berikutnya? Salah siapa mahasiswa turun jualan?
Dewasa ini sudah tak asing lagi rasanya mendengar kata ‘mahasiswa jualan’.Ya, untuk saat ini mahasiswa bukan hanya ‘turun ke jalan’ menyuarakan aspirasi kepada pemerintah namun juga ada kerjaan baru yaitu ‘turun jualan’.Bukan maksud saya untuk menjelekkan orang yang berjualan selagi itu halal.Ya, tak ada yang salah menurut saya mahasiswa jualan namun hal ini sebenarnya yang perlu dikaji lebih dalam penyebab dari mahasiswa bukan lagi turun ke jalan tapi juga turun jualan.
Tak bisa dipungkiri ada-ada saja jajanan yang lewat (sambung-menyambung) dari mahasiswa yang satu ke yang lain saat perkuliahan berlangsung.Biasanya dalam bentuk kotak-kotak dan didalamnya tersedia tisu serta tempat uang.Jualan mahasiswa pada intinya memang mengandalkan system kejujuran.Alhamdulillah masalah kejujuran dalam pandangan saya masih dalam kategori yang baik.Kembali ke permasalah mahasiswa jualan dengan cara meminta untuk menggeserkan kotak dari mahasiswa satu ke yang lain hingga satu kelas mendapatkan jatah untuk menggeserkannya.Jika memang hendak membeli jajanan tersebut, kita tinggal memasukkan uang kedalam amplop yang memang sudah disediakan.Biasanya juga, di kotak tersebut ada terdapat nama atau contact person dikembalikan kesiapa kotak tersebut nantinya.Biasanya hal ini dilakukan oleh anak-anak dari bidang dana usaha.Strategi pasar yang cukup menarik, mengingat terkadang mahasiswa jenuh mengikuti perkuliahan di kelas yang cukup lama.Dosen pun tak mempermasalahkan hal ini dilakukan di kelasnya selagi tidak mengganggu sang dosen. “Perut kenyang, pikiran tenang” sebuah kata-kata di kotak jajanan ala mahasiswa untuk menarik pembeli.Ada-ada saja yang dilakukan mahasiswa.Itulah mahasiswa, kreatif, dan inovatif.
Permasalahan dana memang menjadi kendala bagi mahasiswa dalam melakukan suatu kegiatan.Dana yang telah diajukan ke pihak dekanat atau rektorat nampaknya belum dapat menutupi kekurangan dana didalam kegiatan tersebut.Belum lagi terkadang permohonan dana kepada pihak-pihak tertentu melalui jalur yang cukup panjang dan istilahnya bertela-tela (birokrasi dipersulit).Seandainya cukup mudah pun, dana yang di keluarkan tak sepenuhnya artinya dikeluarkan sebagian dulu dan sebagiannya lagi dikeluarkan nanti.Hal inilah yang membuat mahasiswa harus menalangi kekuarangan dana tersebut dahulu.Kegiatan yang istilahnya di undur-undur cenderung akan menyebabkan banyak kerugian, padahal bukan hanya kegiatan itu yang akan dilakukan.Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa bukan lagi turun ke jalan namun juga turun jualan.
Ketika proposal dana/permohonan danamelewati jalan yang berliku maka jualan pun dipilih sebagai alternatife jalan lurus walau agak lama. Sebagian orang memang mempermasalahkan hal ini.Namun bagi saya selagi hal ini tidak merugikan orang lain ya sah-sah saja. Mahasiswa boleh jualan asal tidak mengganggu ketentraman mahasiswa lain khususnya didalam perkuliahan. Semangat teman-teman.
Hidup Mahasiswa…! Hidup Rakyat Indonesia….!
[caption id="attachment_165258" align="alignnone" width="638" caption="Dok: Pribadi "][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H