"Kalian pembunuh!" Ucap wanita itu di sela-sela nyanyiannya. Suaranya menggema, membuat benda-benda tumpul di sekelilingku beterbangan. Seduhan kopiku pun tumpah, menyiram tubuhku sendiri. Kursi bambu dan juga ranting-ranting kayu yang sudah kering berputar-putar di atas kepalaku. Sepertinya aku akan mati tertimpa dan tertancap benda-benda ini.
"Kamu tidak akan mati sebelum tahu kebenarannya, bodoh!" Lanjutnya dengan tatapan yang semakin tajam.
Wanita itu seolah mengerti isi hatiku. Dan kini dia menyeretku dengan rambutnya. Menyumpal mulutku dengan jemarinya yang hitam. Dia membawaku ke halaman rumah tua itu. Aku di dudukkan tepat di ambang pintu utama yang entah sejak kapan sudah terbuka.
Tiba-tiba pandanganku buram. Aku hanya melihat cahaya kecil di seberang jalan, cahaya dari teras rumahku. Tidak lama kemudian, aku melihat seorang wanita muda berparas cantik. Di belakangnya ada seorang lelaki tua yang menggandeng istrinya. Mereka bertiga berjalan dengan santai, memasuki rumah tua yang kini kutempati.
Canda tawa mulai terdengar dari ketiganya. Suasana yang sangat hangat dirasa. Sepertinya mereka adalah keluarga yang bahagia. Tapi, tidak lama kemudian datanglah seorang wanita tua yang menyembunyikan kedua tangannya di balik punggungnya. Wanita itu mengetuk pintu rumah tua ini tanpa jeda. Sampai akhirnya wanita muda berparas cantik itupun keluar untuk membukakannya.
"Siapa?" Tanyanya dengan sopan.
Namun yang didapat adalah sebuah goresan di pipi. Goresan dari sebilah pisau yang digenggam oleh wanita yang baru saja bertamu pada keluarganya.
Dari kejauhan terdengar teriakan-teriakan warga. Mereka berbondong-bondong datang ke kediaman wanita cantik itu. Masing-masing dari mereka menggenggam berbagai macam benda. Baik dari benda tajam maupun benda tumpul.
"Kalian harus mati!" Ucap wanita tua yang berdiri menantang di ambang pintu.
Wanita muda itu menangis sesenggukan. Ia menyembunyikan ayah dan ibunya yang sudah lanjut usia di dalam gudang. Sedang dia sendiri berusaha menghadapi amukan warga.
"Tolong hentikan! Ada apa sebenarnya?" Wanita itu bertanya dengan air mata yang berlinang.