Tak lama tangan mungil itu memegang erat bilikku dan mendekatkan mata gunting di bilikku
Hey, apa yang dia lakukan?
Bukankah kami bersahabat, bukankah dia menyukaiku?
Kenapa dia rusak bilikku?
Perlahan gunting itu makin mendekati tubuhku
Sekuat tenaga kumohon
Jangan sakiti aku teman, jangan...
'kres...kres..' dia terus menggunting
Dengan sangat hati-hati
tapi 'kres'
sekali tebas dia mengenai kaki munggilku yang lembut
Dahinya berkerut, kuharap dia berhenti dengab ulahnya
Tapi harapanku sia-sia
'kres...kres...' guntingan dia lanjutkan
Kini sempurna aku keluar bilik
Dia buka benda tabung kecil, dan mengeluarkan isinya
Lengket sekali di badan
Dia rekatkan aku ke gilungan benang
Aku hanya pasrah
Semua sudah usai katanya
Dia memegang gulungan yang mengikatku dan berlari ke tanah lapang
Banyak ilalang di sana
Ah angin ini kencang sekali
Aku terbang
Iya aku terbang
Menyapu ilalang, mencium bau bunga, menyapu sisa tetesan embun
Segar terasa
Tapi lama-lama tubuhku tak bisa terbang
Aku layu
Aku compang-camping sana-sini
Dia melemparku
Ah benar sekejap mata kursakan indahnya alam ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H