Ada sebuah fakta mengejutkan yang berasal dari penelitian dibawah pimpinan Gilles Kepel, ilmuwan politik Prancis yang ahli dalam dunia Islam. Dalam penelitian yang dilakukan selama setahun di Clichy-Sous-Bois dan Montfermeil, dua pinggiran kota Paris, dihasilkan kesimpulan bahwa komunitas imigran yang tinggal di pinggiran Prancis justru menggunakan nilai-nilai Islam sebagai aturan hidup ketimbang nilai-nilai sekuler yang dianut negaranya.
Dari hasil penelitian itu didapat fakta bahwa praktik ibadah dan institusi religius telah menggantikan nilai-nilai sekulerisme yang telah menjadi tradisi kuat sejak dahulu di Prancis. Keluarga-keluarga di daerah pinggiran yang mayoritasnya para imigran dari Afrika Utara dan Afrika Barat itu secara teratur pergi ke masjid, berpuasa saat Ramadhan, dan melarang anak-anaknya memakan makanan yang nggak halal.
Prancis memang terkenal sebagai negara anggota Uni Eropa dengan jumlah penduduk Muslim paling banyak. Lima sampai enam juta Muslim tinggal di sana. Rata-rata dari mereka adalah imigran asal Afrika yang memang beragama Islam.
Membaca hasil penelitian itu, kita jadi ingat pada apa yang dikatakan Muhammad Abduh, ulama dan pembaharu Islam asal Mesir, yang berkata, "Aku melihat Muslim di Mesir, tapi tidak melihat Islam di sana. Sebaliknya, aku melihat Islam di Prancis, meski aku tak melihat Muslim di sana."
Memang sering kali Islam sebagai sebuah tata nilai sosial lebih diterapkan dan bersemi di negara-negara yang justru bukan berpenduduk Muslim di Eropa. Mungkin karena mereka memiliki kesadaran (amiin) akan sempurnanya nilai-nilai Islam untuk diterapkan sebagai nilai-nilai sosial yang mendorong kemajuan untuk masyarakatnya.
Dulu negara Prancis pernah menuai pro dan kontra gara-gara melarang penggunaan hijab, tapi sekarang wanita-wanita berjilbab bisa kita temukan dengan mudah di sana. Yang dilarang adalah burka/cadar. Kini Prancis adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di Eropa, disusul oleh Jerman dengan kurang lebih 4 juta Muslim. Rata-rata Muslim di Prancis datang dari Aljazair, Tunisia, Maroko, Turki, dan Asia.
sumber: www.mizan.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H