Mohon tunggu...
Amalia Kairani Mardiana
Amalia Kairani Mardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis menemukan makna dan menipiskan luka

Anak muda yang hobinya santai tapi maunya memberikan dampak untuk sesama. Suka hewan berbulu kecuali Anjing dan Burung. Maunya sih produktif tanpa dibatasi, tapi apalah daya setiap manusia diberikan kebebasan yang terbatas. Dalam artian, bebas dalam lingkup yang sewajarnya saja. Masih jadi Mahasiswi di Universitas Negeri Jakarta, Prodi Ilmu Komunikasi. Lebih jauh tentang saya, ada di @kairanidiana

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Jalan Dulu Aja, Kalau Nyasar Tinggal Panggil Google Maps

4 November 2022   08:10 Diperbarui: 8 November 2022   01:15 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pergi berwisata. (sumber: pixabay.com/S. Hermann / F. Richter)

Assalamualaikum, Bapak dan Ibu semuaaaa...

Setelah artikel kemarin tayang, Saya jadi berpikir untuk mencoba untuk rutin menulis di sini sambil menyapa bapak dan ibu di kolom komentar. 

Sebab, setelah Saya membaca saran di kolom komentar artikel kemarin, Saya jadi berpikir kalau tidak dari diri sendiri yang memulai ya... tidak akan dimulai ehe.

Jadi, Saya memutuskan untuk mencoba untuk menantang diri Saya untuk rutin menulis di sini setidaknya #30hari sebelum akhir tahun tiba. 

Melanjutkan artikel Saya sebelumnya, akhir-akhir ini Saya lagi hectic banget. Salah satunya karena ada tugas kuliah yang mengharuskan Saya untuk jalan-jalan ke sekitaran Jakarta Selatan. 

Ya... lumayan sih bisa cuci mata karena Saya dapat melihat gedung-gedung bertingkat dan Saya jadi bisa belajar tentang arah rute tije. 

Jujur, meskipun Saya tinggal di Jakarta dari lahir, tetapi sampai saat ini Saya masih bingung nomor bus yang akan saya naiki. 

Pasalnya, Saya terbiasa naik commuter line (KRL) yang sudah ada tertera nama stasiunnya. Jadi, tidak usah repot untuk cari-cari nomor huhu.

Ya...mungkin wajar yaa... Saya berani naik tije kalau ada teman/gandengannya ehe karena menurut Saya rasanya tidak efisien kalau naik kendaraan umum dikala butuh waktu cepat (buru-buru karena ada keperluan yang sifatnya urgent/important). 

Ini karena waktu keberangkatan tije atau kRL tidak menentu. Ya... tidak bisa menyalahkan siapapun. Jakarta memang dimana-mana macet. 

Malah Saya heran kalau enggak macet hehe karena sudah terbiasa ramai dengan kendaraan para pekerja yang ulang-alik dari jabodetabek ke kawasan industri/distrik bisnis di Jakarta. 

Rasanya yaa... macet itu wajar sih. Jadi, harusnya lebih sabar dan tetap mematuhi aturan berkendara yang benar agar selalu tertib.

Oke, beralih ke tije.

Halte Latuharhari, Kuningan, Jakarta Selatan. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Halte Latuharhari, Kuningan, Jakarta Selatan. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Saya berangkat dari kampus menuju gedung bersama salah satu teman Saya. Kita satu kelompok dan kebetulan jarak rumah Saya dengan kos-kosannya tidak jauh. 

Jadi, kami memutuskan untuk berangkat bersama. Kami berdua sebenarnya sama-sama buta terhadap arah tije ditambah teman Saya ini termasuk anak rantau yang baru satu semester di Jakarta. 

Ya... meskipun begitu kami berdua berusaha untuk "berani" jalanin aja dulu. Karena kalau tidak "jalan aja dulu", ke depannya tidak akan tahu arah (selalu nyasar) huhu. 

Meskipun dia baru di Jakarta, dia sangat berani menggunakan aplikasi penunjuk arah bawaan dari google ini. Yaa... apalagi kalau bukan Maps by Google. 

Jujur awalnya Saya kaget karena dia bisa menunjukkan Saya ke "jalan yang benar" meskipun agak resiko juga kalau nyasar di daerah yang belum pernah dikunjungi. 

Risikonya akan semakin jauh dan kalau mau kembali pulang, akan memakan waktu dan ongkos yang cukup mahal. 

Namun, anak ini tetap berusaha meyakinkan saya dengan "ini soalnya udah deket", "ini bener deh lurus" sambil melihat aplikasi tersebut dengan sangat fokus. Saya masih yakin sih karena masih ada jalan di depan. 

Akan tetapi, saat di depan sedang ada gundukan tanah (perbaikan jalan yang sedikit disegel), rasanya mulai ragu, "Apa kita pesan ojol aja yah kak?" tetapi kalau menurut maps, arah yang ditunjukkan sudah dekat sekali dengan tujuan. 

Rasanya akan "sayang" ongkos kalau sudah dekat dengan tujuan tetapi pesan ojol huhu. Kemudian, kami melihat ada ibu-ibu dan anak kecil yang melewati jalan yang ada gundukan tanahnya. 

Waaaah... mulai optimis karena bisa dilewati. Alhamdulillah bisa lewat meskipun naik ke gundukan tanah sampai wedges saya hampir copot huhu.

Kemudian, setelah lurus terus, kami berdua disapa oleh teman-teman kami yang sudah menunggu dengan sabar sambil berteriak dan melambaikan tangan ke arah Saya, "Raniiiiiiii......". Finally, kami berdua bisa sampai tepat di depan gedung yang kami tuju.

Sesaat Sebelum Wawancara Dimulai. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Sesaat Sebelum Wawancara Dimulai. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Jadi, intinya sebenarnya adalah berani. Berani aja dulu untuk mencoba apapun yang belum dicoba. Karena kalau tidak dicoba yaa... tidak akan pernah tahu hasilnya seperti apa. 

Mungkin awalnya Saya meragukan aplikasi ini karena pernah mendapatkan pengalaman buruk sehingga ada rasa trauma (pernah nyasar). Akan tetapi, dari nyasar itu Saya jadi tau arah dan mengetahui sedikit jalan di daerah yang pernah Saya kunjungi.

So, kalau Bapak/Ibu sendiri, adakah pengalaman menarik seputar pengalamannya menyusuri daerah baru menggunakan Google Maps?...

Tulis di kolom komentar yaah...kita sharing bareng di sana. Ditunggu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun