Mohon tunggu...
Amalia Kairani Mardiana
Amalia Kairani Mardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis menemukan makna dan menipiskan luka

Anak muda yang hobinya santai tapi maunya memberikan dampak untuk sesama. Suka hewan berbulu kecuali Anjing dan Burung. Maunya sih produktif tanpa dibatasi, tapi apalah daya setiap manusia diberikan kebebasan yang terbatas. Dalam artian, bebas dalam lingkup yang sewajarnya saja. Masih jadi Mahasiswi di Universitas Negeri Jakarta, Prodi Ilmu Komunikasi. Lebih jauh tentang saya, ada di @kairanidiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Momen Terakhir Bersua di Sekolah, Kenangan Pra PKL

24 Juni 2020   11:04 Diperbarui: 24 Juni 2020   16:32 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto diatas diambil H-3 sebelum PKL, benar-benar momen yang tidak disangka menjadi momen terakhir kita dipenghujung semester ini. Sejujurnya dari satu minggu menjelang waktu pelepasan PKL, temen-temen di kelas sudah ada yang mendahului praktik. Alhasil, setiap minggu nya di kelas sudah semakin berkurang. 

Guru-guru yang mengajar di kelas pun semakin berkurang karena mereka juga memahami, biarpun ia berusaha mengajar dengan baik, tetap saja pikiran berada di luar dan hanya raga yang mematung di ruangan. Kecemasan dan kekhawatiran menghadapi prakerin menjadi alasan para siswa sibuk mencari - cari tempat magang yang sekiranya dapat ia jalani dengan nyaman tanpa hambatan.

Mulai dari lokasi magang sampai upah atau fee yang akan diberikan oleh pihak kantor, semua benar-benar diperhatikan dengan detail. Mereka tahu pkl tidaklah sebentar, kurang lebih 3-4 bulan mereka akan mempraktikkan langsung ilmu yang telah diajarkan oleh guru di sekolah. Jadi tak heran jika semua murid kelas XI mondar mandir konsultasi ke BK, Kajor, Wali kelas bahkan sampai orangtua untuk minta nasehat/saran agar semua lancar tanpa halangan.Namun berbeda dengan saya yang masih berkutik dengan iming-iming pembimbing yang mengatakan "Udah kamu gausah cari, sudah saya carikan".

Jadi rasanya saya tenang dan tidak khawatir.Namun ketika sudah mendekati hari PKL sekitar H-1 PKL kelompok saya baru dihubungi pihak kantor bahwa mereka tidak bisa menerima kami karena suatu hal.Sudahlah saya ketar-ketir memikirkan, belum lagi orangtua yang tak paham teknis pkl seperti apa, jadi rasanya berat hati untuk mengikutsertakan mereka dalam hal ini. 

Alhasil H+1 Praktik, saya masih di kelas mendengarkan dering bel upacara dan sahut-sahut pembacaan doa tanda kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai. Kisaran jam 08.00 pagi, saya dipanggil ke ruang BK dan sempat bicara dgn guru BK, juga Humas DU/DI. Mereka menjelaskan kepada saya kronologi mengapa saya beserta kelompok ditolak magang disana.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, saya dipisah dan dipercarkan di dua tempat yang berbeda. Rata-rata anggota kelompok saya dipindahkan langsung ke Bogor, sedangkan saya singgah dahulu selama satu bulan di production house, daerah Jakarta Timur. Agak ribet bagi saya kala itu, karena saya berfikir nanti akan kerepotan dalam membuat laporan dan presentasi praktik di dua tempat sekaligus. Namun saat saya jalani, Praktik di dua tempat menjadikan kaya akan pengalaman dan pengetahuan. Saya jadi paham tentang cara menggaet customer ala custom service yang handal serta keseruan belajar diluar bidang kejuruan di sekolah.

Bukan hanya itu saja, keseruan saya berlanjut dengan praktik di kantor pemerintahan, tepatnya di Gedung Kementerian Pertanian, Pasar Minggu. Tantangan saya saat praktik disana adalah jaraknya yang cukup jauh dari tempat tinggal, kurang lebih 20 km dari rumah. Dapat dipastikan saya berangkat mendahului waktu berangkat saya ke sekolah. Semua diawali dengan waktu yang benar-benar pagi sekali.  Bersyukur masih ada mamah yang selalu mendukung saya saat praktik disana, dengan selalu membawakan bekal sampai menyiapkan sedikit keperluan untuk saya.

Namun sayang sekali, keseruan itu tak bertahan lama. Saya baru mencicipi sekitar satu bulan lebih dua minggu praktik, lalu sudah ada pemberitahuan pemerintah untuk Home Learning,jadi sudah pasti yang sedang praktik pun harus ikut HL pula.

Akhirnya kelanjutan dari praktik saya hanya bermodalkan screnshot laporan tanpa presentasi. Agak menyedihkan, cuma ada sisi baik dan buruknya. Sisi baiknya, para siswa tidak perlu kertas untuk mencetak karena sudah ada versi  digital seperti format pdf. para siswa tidak perlu datang ke sekolah untuk minta Ttd karena sudah di scan oleh pihak sekolah. Namun buruknya kami masih tetap tidak bisa bertemu dengan guru dan teman-teman.

Begitulah tahun praktik saya di tahun ini, next kedepannya semoga keadaan cepat membaik sehingga semua hal dapat berjalan normal tanpa hambatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun