Mohon tunggu...
Amalia Kairani Mardiana
Amalia Kairani Mardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis menemukan makna dan menipiskan luka

Anak muda yang hobinya santai tapi maunya memberikan dampak untuk sesama. Suka hewan berbulu kecuali Anjing dan Burung. Maunya sih produktif tanpa dibatasi, tapi apalah daya setiap manusia diberikan kebebasan yang terbatas. Dalam artian, bebas dalam lingkup yang sewajarnya saja. Masih jadi Mahasiswi di Universitas Negeri Jakarta, Prodi Ilmu Komunikasi. Lebih jauh tentang saya, ada di @kairanidiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cerita Sang Bayi Gede Penyemangat Generasi Milenial di SMKN 50

4 April 2020   10:05 Diperbarui: 4 April 2020   09:58 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang tidak mengenal sebutan "Millenial"?...
Ya,Millenial adalah sebutan generasi kelahiran antara thn 1999-2000.Tahun kelahiran ini disebut Generasi Z. Generasi ini cenderung memiliki kehidupan yang dilingkupi oleh berbagai teknologi yang sudah canggih. Berbagai kebutuhan seperti belanja, belajar, transportasi,makan serta pelayanan lainnya pun dapat dinikmati dalam satu genggaman ponsel pintar.Bermodal kuota internet dan pastinya smarphone,cukup untuk para generasi ini berselencar di berbagai media social.

Ya...salah satu modal anak Millenial adalah social media.Bagi mereka yang tidak memiliki social media,bahkan tidak tahu social media seperti apa,pasti akan dianggap "Gaptek" sama teman sepermainannya. Entah hanya untuk mencari informasi keadaan lingkungan sekitar,bergaya dan berekspresi,berkarya,atau berbisnis.Semua dilakukan di platform yang bernama "Social Media".Sayangnya social media saat ini,digunakan dengan kurang bijak.Seperti menyebarkan berita yang belum diketahui kebenarannya (hoax),menyinggung SARA,ujaran kebencian,bahkan bullying pun turut andil di socmed. Saat ini,generasi muda yang harusnya menjadi harapan bangsa,sebagaimana peran lembaga pendidikan yaitu sekolah,menjadi hilang peranannya. Harusnya dengan hidup di zaman serba canggih ini,mereka sudah tahu dan mengerti penggunaan socmed dengan bijak. Eh,malah banyak yang disalahgunakan.

Miris sekali,Namun kali ini saya ingin bercerita sosok "Bayi Gede" di SMKN 50 Jakarta. Cerita ini kurang lebih pernah diceritakan juga oleh salah satu guru di gocap.Mungkin jika ada anak gocap baca ini akan heran ko bayi gede maksudnya apa?...
Apa ada hubungannya dengan generasi Millenial zaman sekarang?...

Tentu ada...

Simak baik-baik yaa...

Namanya bayi gede,pastilah besar.Bukan dari ukurannya yang tidak wajar,seperti berat badan atau tinggi badan,atau kecenderungan perbedaan diluar sikap bayi dari biasanya.
Bayi gede ini adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai sedikit gangguan pada jiwa nya sehingga membuat ia mempunyai tingkah laku seperti seorang layaknya Bayi.
Bagaimana tidak seperti bayi?...Perlu dijelaskan usia bayi gede ini bukanlah usia anak bayi atau anak kecil pada umumnya. Usianya sudah menginjak Dewasa,range usia 20-25 tahun. Namun,prilaku dan tindakan nya seperti Bayi.Bagaimana tidak?...
Setiap hari nya ia berdiri didepan gerbang sekolah,layaknya seorang satpam yang sedang menjaga gerbang dengan sigap.Lalu lalang anak murid serta guru melihatnya.Namun,tak ada yang mengusik atau menganggu nya.

Semua orang merasa tenang saja melihat gelagat dan gaya nya. Pernah saya dengar komentar dari salah satu guru pemerhati lingkungan di sekitar gocap mengatakan "Oh,dia mah gapapa,ga ganggu".Justru kita sedih ngeliatnya kadang suka gamau klo dikasih uang padahal belom makan dari pagi".Bukan hanya itu saja,Ia juga pantang dikasihani oleh orang lain.Dan yang pasti ia juga tidak pernah meminta-minta atau mengemis hanya untuk kebutuhan dan kepentingan pribadi nya saja.Padahal,saya tahu Ia si bayi gede tidak memiliki pekerjaan.

Bagaimana bisa memiliki pekerjaan?...
Siapa yang mau menerima nya?...
Apa posisi yang pantas untuknya?...
Jika,sekolah saja harus putus ditengah jalan,dan tak paham manajerial perusahaan.
Jadi,tak mungkin kantor mau menanggung nya.Namun,yang saya tekankan disini adalah kegigihan nya,keuletan dan ketekunannya dalam mengisi waktu luang.Sempat saya mendengar curhatan dari salah satu guru jika ia sering meminjam buku di perpustakaan sekolah dan selalu rutin membaca nya.Buku apapun itu,entah pengetahuan,sains, ataupun buku pelajaran.Saya pun tak paham,bagaimana bisa ia mengerti bacaan itu?...
Apakah dia memahami isi bacaannya?...
Terlepas dari itu,saya salut dan bangga dengannya.Meskipun dengan berbagai keterbatasan nya,tapi tetap mau berusaha untuk tetap menuntut ilmu lewat buku. Saya sendiri saat mendengar cerita tersebut malu dengan diri sendiri karena lebih sering menggampangkan informasi lewat internet. Kerap kali niat membaca di gadget malah kandas membaca gosip seputar berita infotainment.

Dari cerita bayi gede saya ingin menekankan pada para pelajar yang sedang bosan, letih, ataupun capek untuk menuntut ilmu.Lihatlah
bahwa keterbatasan tidak menjadi halangan untuk tetap menuntut ilmu dan belajar Justru halangan menjadi suatu tantangan dan penyemangat dalam hidupnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun