Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, serta kesempatan untuk saya bisa menyampaikan sebuah kebaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw., beserta keluarga, dan para sahabatnya yang mulia.
Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan sebuah topik pembahasan yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai umat Islam, yaitu tentang “Silaturahim : Peran Silaturahim dalam Membangun Kebersamaan.”
Kaum muslimin rahimakumullah...
Tahukah kalian bahwa kita sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup sendirian dan saling membutuhkan satu sama lain? Manusia harus saling menyayangi dan menghormati. Dengan kasih sayang, hubungan harmonis sesuai dengan ajaran Rasulullah dapat terjalin melalui silaturahim.
Silaturahim, atau menjalin hubungan baik dengan sesama, merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang turut membentuk fondasi masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang. Silaturahim artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan, sedangkan bersilaturahim yaitu mengikat tali persahabatan. Jadi, untuk mengikat tali persahabatan itu kapan saja waktunya, dan tidak boleh diputuskan, harus dilanjutkan oleh anak dan keturunannya.
Kita pun sebagai umat Islam telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjaga hubungan silaturahim dalam (Q.S. An-Nisaa: 1).
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Artinya: "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
Dari ayat di atas, perintah untuk bersilaturahim dirangkai dengan perintah untuk bertaqwa kepada Allah. Dalam menjalin persaudaraan, hendaknya hubungan tersebut dibangun berdasarkan ketaqwaan, bukan atas dasar kekayaan, kecantikan, keturunan, pangkat, atau jabatan. Persaudaraan yang didasari oleh kepentingan tertentu dan bukan ketaqwaan, akan mudah pudar dan tidak bertahan lama. Sebaliknya, persaudaraan yang dibina berdasarkan ketaqwaan akan membawa ketenteraman lahir dan batin serta membawa berkah.
Demikian pula di dalam hadis, Nabi juga mengajarkan untuk melakukan shilaturrahim. Bahkan menurut Nabi yang dikatakan shilaturahim adalah menyambungkan tali yang terputus, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ وَالْحَسَنِ بْنِ عَمْرٍو وَفِطْرِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ سُفْيَانُ لَمْ يَرْفَعْهُ الْأَعْمَسُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَفَعَهُ حَسَنٌ وَفِطْرٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِي وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا