”Toleransi adalah kunci, bukan untuk mengubah perbedaan menjadi kesamaan, tetapi untuk merayakan keragaman dengan penuh cinta." — Dalai Lama
Indonesia adalah rumah bagi keberagaman yang luar biasa. Sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, Indonesia menghadapi tantangan besar untuk menjaga keharmonisan di tengah perbedaan. Untuk itu, pembelajaran tentang toleransi harus dimulai sejak dini, khususnya bagi generasi muda. Kegiatan kunjungan ke pondok pesantren yang dilakukan siswa Kolese Kanisius adalah salah satu langkah nyata untuk menanamkan nilai-nilai ini.
Selama kunjungan, kami tidak hanya diajak mengenal kehidupan pesantren, tetapi juga memahami bagaimana hidup berdampingan dalam keberagaman. Hal yang paling berkesan adalah ketika kami harus bergabung dengan kelompok baru. Awalnya, banyak dari kami merasa kurang nyaman karena sudah terbiasa dengan teman-teman dalam kelompok sebelumnya. Namun, tantangan ini mengajarkan kami untuk beradaptasi dan bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda.
"Perbedaan bukan untuk memisahkan, melainkan untuk saling melengkapi." Kalimat ini menjadi prinsip yang kami hayati selama di pesantren. Salah satu momen yang paling mengesankan adalah ketika teman-teman non-Muslim dengan penuh penghormatan mendukung waktu ibadah kami. Meski mereka tidak ikut sholat, kehadiran mereka menciptakan suasana damai yang membuat kami merasa diterima. Sikap seperti ini mengajarkan kami bahwa toleransi bukan hanya tentang menghormati perbedaan, tetapi juga tentang menciptakan ruang bagi orang lain untuk merasa nyaman menjadi dirinya sendiri.
Momen-momen sederhana selama di pesantren juga penuh dengan pelajaran berharga. Saat hujan deras turun, kami semua berkumpul di kamar untuk beristirahat. Dalam suasana tenang itu, kami berbagi cerita dan bercanda. Perlahan-lahan, kami menyadari bahwa meskipun kami berasal dari berbagai agama dan budaya, kami tetap bisa merasa dekat satu sama lain. Kebersamaan ini menunjukkan bahwa perbedaan tidak harus menjadi penghalang, melainkan justru dapat menjadi jembatan untuk saling mengenal.
Kegiatan seperti membuat roti bersama juga menjadi pengalaman yang penuh makna. Kami harus berbagi tugas, saling membantu, dan bersabar saat menghadapi kendala. Melalui kegiatan ini, kami belajar bahwa kerja sama dan saling mendukung adalah kunci untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, kami juga memahami bahwa proses seringkali lebih penting daripada hasil akhir.
Salah satu kegiatan yang paling menyentuh hati adalah kelas "Marhaban". Dalam sesi ini, kami bernyanyi dan berdoa bersama, menciptakan momen yang penuh kebersamaan. Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, kami merasa bahwa nyanyian dan doa itu menyatukan kami dalam semangat persaudaraan. Pengalaman ini mengajarkan kami bahwa keberagaman bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang harus dirayakan.
Hari terakhir di pesantren juga penuh dengan pelajaran yang tak terlupakan. Setelah senam pagi, kami bergotong-royong membersihkan area pesantren. Kegiatan sederhana ini mengajarkan kami pentingnya kerja sama dan rasa tanggung jawab. Saat bekerja bersama, kami merasa seperti satu tim yang solid, di mana setiap orang memiliki peran yang berarti.
Puisi singkat ini menggambarkan pengalaman kami selama di pesantren:
“Dalam perbedaan kita bertemu,
Dalam keragaman kita belajar,
Bukan untuk menyatukan,
Tapi untuk saling memahami."
Kami menyadari bahwa toleransi adalah tentang membangun jembatan, bukan tembok. Ini bukan sekadar teori yang diajarkan di kelas, tetapi sesuatu yang harus dirasakan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan di pesantren ini telah membuktikan bahwa dialog lintas agama dan budaya dapat dimulai dari hal-hal sederhana.
Sebagaimana kata Gus Dur, “Tidak penting apapun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan bertanya apa agamamu." Kami belajar bahwa tindakan kecil seperti menghormati waktu ibadah orang lain atau bekerja sama dalam tim adalah bentuk nyata toleransi yang bisa memberikan dampak besar.