Mohon tunggu...
Eissa ThabitMohamed
Eissa ThabitMohamed Mohon Tunggu... Mahasiswa - siswa/mahasiswa

my hobby sport

Selanjutnya

Tutup

Film

Tanah Surga Katanya

21 Oktober 2024   14:23 Diperbarui: 21 Oktober 2024   14:26 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/DJpZF5wA4yuj7H5Z7

TANAH SURGA KATANYA

Tanah Surga... Katanya adalah film drama Indonesia . Film ini disutradarai oleh Herwin Novianto dan berlatar di Kalimantan Barat, tepatnya di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.

Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia--Malaysia tahun 1965, hidup dengan kesendiriannya setelah istri tercintanya meninggal. Ia memutuskan untuk tidak menikah lagi dan tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya, Haris, yang juga seorang duda, serta dua orang anak Haris bernama Salman dan Salina.

Kehidupan di perbatasan Indonesia--Malaysia penuh tantangan karena keterbelakangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat perbatasan harus berjuang keras untuk mempertahankan hidup mereka. Meskipun demikian, kesetiaan dan loyalitas Hasyim pada bangsa dan negara membuatnya bertahan tinggal di sana.

Anak Hasyim, Haris, memilih hidup di Malaysia karena menurutnya Malaysia menawarkan lebih banyak harapan bagi masa depannya. Dia berencana mengajak seluruh keluarganya pindah ke Malaysia, termasuk ayahnya.

Kemudian, seorang guru sekolah dasar bernama Astuti datang tanpa direncanakan. Ia mengajar di sekolah yang hampir roboh karena setahun tidak berfungsi. Tak lama berselang, seorang dokter muda bernama dr. Anwar juga datang ke daerah itu karena tidak mampu bersaing sebagai dokter profesional di kota.

Salman dan Salina gembira karena kedatangan guru Astuti dan dr. Anwar, yang penduduk kenal dengan sebutan "dokter Intel." Namun, baru diketahui bahwa Hasyim mengidap penyakit yang membahayakan bagi hidupnya, dan dokter Intel mengharapkan Hasyim dibawa ke pengobatan yang lebih layak.

Salman berusaha memenuhi kebutuhan di perjalanannya, dan 400 ringgit adalah uang yang diperlukan. Suatu hari, ketika Salina bersama ayah kandungnya berada di Malaysia, sakit yang diderita Hasyim kambuh. Salman pun bingung dan memanggil dokter Intel. Namun, saat di perjalanan, bensin pada mesin perahu yang ditumpangi habis, dan di pertengahan perjalanan, Hasyim meninggal.

(Film ini memenangkan empat penghargaan di Festival Film Indonesia 2012)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun